Soloraya
Jumat, 4 Januari 2013 - 20:27 WIB

2012, 16 Pesanan Perjalanan Jaladara Ditolak

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - sepur kluthuk jaladara (JIBI/SOLOPOS/Dok)

sepur kluthuk jaladara (JIBI/SOLOPOS/Dok)

SOLO — Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo menyatakan sebanyak 16 pesanan perjalanan sepur kluthuk Jaladara ditolak pada 2012 lalu. Pasalnya, kereta wisata itu sempat rusak selama beberapa bulan.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Dishubkominfo saat rapat kerja dengan Komisi III membahas rencana kerja di 2013 beberapa waktu lalu.

Ketua Komisi III DPRD Solo, Honda Hendarto, mengatakan ditolaknya 16 pesanan perjalanan tersebut juga disebabkan lantaran memorandum of understanding (MoU) antara Dishubkominfo dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) belum diperpanjang.

“Salah satunya ya karena masalah MoU itu. Makanya 16 perjalanan itu kemarin ditolak,” jelasnya di DPRD Solo, Jumat (4/1/2013).

Advertisement

Lantaran hal itu, Honda meminta pada pengoperasian di 2013 mendatang Dishubkominfo bisa sejak dini membuat MoU dengan PT KAI agar pengoperasian tidak terkatung-katung seperti di 2012 lalu. “Ya MoU harus dibuat jauh hari sebelum habis. Agar permasalahan rusaknya Jaladara seperti kemarin tidak terulang,” ungkap politisi dari PDIP itu.

Disinggung kerugian yang akibat penolakan 16 pesanan perjalanan itu, Honda tidak mengetahuinya. Hanya saja, dia mengatakan penolakan 16 pesanan perjalanan itu menunjukkan Jaladara potensial menarik wisatawan ke Kota Bengawan.
Diakuinya, secara finansial pengoperasian Jaladara tidak menguntungkan.

“Sisi finansial memang tidak menguntungkan. Pengoperasian itu tidak melihat untung dan ruginya. Tetapi kalau melihat potensial menarik wisata dan mendongkrak sektor lain itu ada. Karena kemarin ada 16 pesanan perjalanan ditolak dan pesanan itu dari orang luar kota,” paparnya.

Advertisement

Kepala Dishubkominfo Solo, Yosca Herman Soedrajad, mengakui pengoperasian Jaladara sepanjang 2012 lalu memang tidak menguntungkan. “Kalau dilihat secara total itu tidak meraih pendapatan dari operasional Jaladara. Tetapi dari sisi lain ini berhasil seperti perbelanjaan, kuliner dan perhotelan,” jelasnya.

Yosca mengungkapkan Jaladara mampu mem-branding Kota Bengawan pada 2012 lalu. Lantaran hal tersebut, pihaknya berupaya memaksimalkan langkah branding melalui Jaladara itu guna mendongkrak sektor perekonomian di Kota Solo.

Ihwal anggaran dari APBD 2013, Yosca menyampaikan anggran Rp798 juta dialokasikan guna operasional Jaladara.
“Anggaran itu bukan untuk sewa, tetapi operasional seperti untuk membeli kayu dan perawatan,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif