Soloraya
Selasa, 14 Februari 2012 - 07:54 WIB

BANJIR: Puluhan Hektare Sawah Tergenang, Petani Minta Teteg Cendini Dievaluasi

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - SEBABKAN BANJIR -- Jembatan dan Teteg Cendini yang berada di Sungai Buntung, Bulu, Sukoharjo. Sejumlah petani setempat menilai keberadaan sarana irigasi ini justru menyebabkan banjir yang menggenangi lahan persawahan mereka. (JIBI/SOLOPOS/Triyono)

SEBABKAN BANJIR -- Jembatan dan Teteg Cendini yang berada di Sungai Buntung, Bulu, Sukoharjo. Sejumlah petani setempat menilai keberadaan sarana irigasi ini justru menyebabkan banjir yang menggenangi lahan persawahan mereka. (JIBI/SOLOPOS/Triyono)

SUKOHARJO – Puluhan hektare sawah di Desa Ngasinan, Kecamatan Bulu, tergenang akibat hujan deras yang terjadi Minggu (12/2/2012) sore, sampai malam. Dengan peristiwa itu petani di Ngasinan kembali meminta agar keberadaan jembatan dan Teteg Cendini ditinjau ulang.
Advertisement

Ketua Gapoktan Catur Manunggal Tani Desa Ngasinan, Slamet Siswo Hartono, menyebutkan total luas areal padi yang tergenang didesanya akibat luapan Kali Buntung mencapai 42 hektare. Menurut dia genangan itu akibat Jembatan dan Teteg Cendini menghambat aliran air sungai di sekitar sawah. “Yang tergenang sekitar 42 hektare di areal sawah di Buk Kuning dan di sebelah timur Gunung Sudo. Penyebabnya jembatan dan teteg,” ungkapnya kepada Espos.

Slamet menjelaskan tanaman yang tergenang akibat banjir kali Buntung berusia sekitar dua pekan sampai 1,5 bulan. Meski sebagian tidak sampai tenggelam, ujar dia, genangan air di areal persawahan dikhawatirkan akan merusak tanaman petani dan mengakibatkan kerugian, terlebih waktunya cukup lama.

Ia menambahkan keberadaan jembatan dan teteg mempercepat sedimentasi kali dan dalam jangka panjang membuat areal genangan semakin luas. “Kalau kali meluap genangan sampai satu pekan. Bisa lebih cepat jika ada kerja bakti bersihkan sampah di jembatan dan semua teteg dibuka,” ujarnya.

Advertisement

Dengan pertimbangan tersebut, kata dia, akan jauh lebih baik jika keberadaan jembatan dan teteg ditinjau ulang. Terlebih menurutnya, luas areal sawah yang diairi dari teteg diperkirakan hanya sekitar 6,5 hektare sehingga tidak sebanding dengan luas sawah yang kerap tergenang mencapai 40 hektare lebih.

Terpisah Kepala Desa Lengking, Mulyanto, mengakui adanya persoalan terkait keberadaan jembatan dan Teteg Cendini yang selama ini dimanfaatkan warga di desanya untuk kebutuhan irigasi tanaman. Namun demikian untuk penyelesaiannya, dia menegaskan sepenuhnya menyerahkan kepada pemerintah.

“Masalah itu terserah bagaimana pemerintah daerah. Warga Lengking sendiri tidak punya tuntutan. Yang jelas keberadaan teteg masih dibutuhkan petani untuk irigasi,” tandasnya, kemarin. Terkait luas areal persawahan di Desa Lengking yang mendapat pasokan air melalui Teteg Cendini, Mulyanto mengatakan secara keseluruhan luasannya tidak kurang dari 30-an hektare.

Advertisement

JIBI/SOLOPOS/Triyono

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif