Soloraya
Senin, 9 April 2012 - 06:08 WIB

LIMBAH INDUSTRI: Puluhan Pengusaha Batik Pilang Tak Punya IPAL

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PENGRAJIN BATIK -- Kesibukan pembatik di Desa Pilang, Masaran, Sragen. Para produsen batik tradisional di wilayah di pinggir Bengawan Solo ini belum memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL). (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

PENGRAJIN BATIK -- Kesibukan pembatik di Desa Pilang, Masaran, Sragen. Para produsen batik tradisional di wilayah di pinggir Bengawan Solo ini belum memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL). (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

SRAGEN – Sebanyak 20-an pengusaha batik di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen belum memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sragen berencana membuatkan IPAL di desa setempat dengan alokasi anggaran Rp1 miliar-Rp1,5 miliar dalam waktu dekat.
Advertisement

Kabid Amdal BLH Sragen, Lukas, mengungkapkan pengusaha bati yang sudah memiliki IPAL baru di wilayah Desa Pungsari, Kecamatan Plupuh dan Desa Kliwonan di Masaran. BLH juga pernah membangunkan IPAL untuk industri tahu di Desa Karangjati, Masaran dan dua unit IPAL di Kampung Teguhan, Sragen Wetan.

“Hanya sentra industri batik di Desa Pilang yang belum memiliki IPAL. Di desa itu sudah disiapkan tanah seluas 200 meter persegi untuk pembuatan IPAL komunal agar limbah tidak mencemari air Bengawan Solo. Selama ini limbah batik itu diolah secara tradisional di masing-masing rumah. Sifatnya hanya mengendapkan limbah sebelum dibuang ke sungai,”
tegasnya.

Terpisah, Camat Masaran, Wisarto Sudin, mengungkapkan untuk antisipasi pencemaran limbah, pemerintah segera membuatkan IPAL komunal dalam waktu dekat. “Saya dengar IPAL itu bakal dibangun tahun ini. Selama ini mereka menggunakan IPAL pribadi. Saya tidak tahu kalau ada limbah yang dibuang ke sungai. Yang jelas sudah ada upaya pemanfaatan limbah,” tuturnya.

Advertisement

Dia menerangkan beberapa mahasiswa UNS pernah meneliti kandungan zat warna dalam buah naga merah. Zat warna buah naga merah itu, urai dia, yang diusulkan Kades Pilang untuk dijadikan bahan pewarna alami. Dengan bahan pewarna alami bisa mengurangi risiko pencemaran air.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif