Bisnis
Minggu, 19 Mei 2024 - 13:20 WIB

Butuh Pemasaran Kekinian dan Dukungan Pemerintah untuk Pengembangan Batik

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para narasumber menyampaikan materi dalam acara Bincang Dekranas: Akses Pasar dan Perluasan Pasar Batik, di Pamedan Mangkunegaran, Sabtu (18/5/2024).(solopos.com/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO — Sebagai warisan budaya, batik terus berkembang dari masa ke masa. Namun di masa saat ini, pemasaran batik juga harus memanfaatkan cara-cara kekinian agar lebih bisa diterima pasar yang lebih luas. Di luar itu, dukungan dari pemerintah daerah maupun pusat juga sangat berdampak untuk pengembangan batik.

Hal tersebut menjadi salah satu pembahasan dalam Bincang Dekranas: Akses Pasar dan Perluasan Pasar Batik, di Pamedan Mangkunegaran, Sabtu (18/5/2024).

Advertisement

Menurut pengelola Batik Tanah Liek, Yofi A. R., dari Sumatra Barat, sarana pemasaran batik juga menjadi faktor penting untuk menyasar pasar yang lebih luas saat ini. Meski produk Batik Tanah Liek sudah sangat unik, dengan proses pewarnaan alam menggunakan tanah liat dipadukan kulit jengkol, kuit rambutan, mahoni dan lainnya, tetap harus ada sarana agar produk tersebut bisa ditangkap pasar.

Di era digital saat ini sedikit banyak juga telah mengubah minat pasar. Bisa jadi, saat ini masyarakat lebih tertarik ketika disuguhkan dengan konten-konten lucu, dibandingkan iklan batik yang benar-benar vulgar.

Hal itu pula yang dilihat oleh Yofi dalam melakukan pemasaran. Dia merasa terbantu dengan hadirnya platform-platform penjualan online yang ada saat ini, seperti TikTok maupun Tokopedia.

Advertisement

Namun yang masih menjadi kendala yakni dalam mengemas produk. Menurutnya produk bagus, ketika pengemasannya tidak tepat, juga tidak bida tersampaikan dengan baik kepada market. Apalagi sekarang pasar dikuasai usia 40 tahun ke bawah bahkan 30 tahun ke bawah.

“Jadi kami mengemas tidak harus langsung jualan batik, tapi kami bikin konten-konten lucu, dengan orang-orangnya mengenakan batik kami. Akhirnya yang melihat juga penasaran dengan batik yang dilihatnya,” jelas dia.

Dengan begitu, yang dia lakukan saat ini, selain inovasi produk, juga diimbangi dengan cara pengemasan dan pemasaran yang sesuai dengan eranya. Meski yang dijual adalah batik, namun untuk perluasan pasar, pemasaran juga perlu dilakukan dengan cara kekinian.

Public Policy & Government Relation Tokopedia, Zhafira Sonjaya, mengatakan dalam mendukung pemasaran produk lokal, khususnya batik, Tokopedia berkomitmen untuk terus merangkul perajin batik dan warisan budaya nasional yang akan dikombinasikan dengan perpaduan teknologi saat ini.

Advertisement

“Tokopedia saat ini sudah bisa mengirim ke hampir 99% kecamatan di Indonesia. Ini yang ingin kami ajak para perajin batik untuk memperluas pasar di Indonesia. Apa yang sudah kami lakukan tentunya kami banyak dukungan salah satunya di bagian SDM, bagaimana para perajin batik ini bisa go digital, punya toko secara online,” kata dia dalam acara tersebut.

Melalui cara tersebut nantinya perajin akan lebih mudah dalam memasarkan produknya dengan pasar yang lebih luas. Perajin di Solo, misalnya, tidak hanya berjualan untuk menyasar konsumen di Kota Solo saja, atau hanya menunggu wisatawan yang datang. Dia mengatakan, dengan bergabung di Tokopedia, perajin bisa dipertemukan dengan pembeli-pembeli di seluruh Indonesia.

“Selain itu di tahun ini, Tokopedia sudah bersinergi dengan ToTok. Kami juga ada program yang namanya Melokal dengan Batik. Program tersebut adalah dukungan Tokopedia dan TikTok untuk para perajin lokal, khususnya untuk batik,” lanjut dia.

Disebutkan jika program tersebut tidak hanya mendukung di bagian hilir. Program itu juga mendukung dari sisi hulu, misalmya saja pada inovasi desain. Pihaknha telah bekerja sama dengan salah satu institut seni di Indonesia untuk mendukung desain. Selanjutnya para perajin batik juga akan dipertemukan dengan para kreator untuk mendukung promosi produk. Selian itu juga didukung dengan kampanye-kampanye di platform Tokopedia.

Advertisement

“Salah satunya kampanye Beli Lokal, yang kami khususnya untuk produk-produk lokal yang dijual di Tokopedia dan TikTok untuk bisa dibeli dengan diskon-diskon tertentu,” kata dia.

Pengaruh Positif

Selain pemasaran yang kekinian, dukungan pemerintah juga dinilai memberikan pengaruh positif pada pengembangan batik.
Owner brand Lima Permata, Kalimantan Utara, Yohanes Suyanto, mengatakan untuk pengembangan usaha, sangat dibutuhkan dukungan dari pemerintah. Dia menjelaskan saat ini usahanya baru berjalan kurang dari lima tahun. Namun dengan dukungan pemerintah, usaha tersebut bisa terus berkembang.

Usaha yang dijalaninya memang bukan batik, namun kain tenun. Usaha tersebut berdiri pada 2018 lalu. Kemudian pada 2019 UMKM tersebut diresmikan Wali Kota setempat dan memberi hibah berupa mesin jahit dan obras. Pada 2019 produk tenun tersebut mulai dikenalkan ke berbagai daerah, termasuk ke Jakarta.

Menurutnya, peran pemerintah bukan hanya dalam medukung legaitas usaha atau dukungan dari sisi produksi. Dia pun merasakan dukungan pemerintah cukup besar dalam mendukung penjualan produk. Sebab produk tersebut juga difasilitasi sampai ke pasar Eropa.

Advertisement

Sementara Kepala Disperindagkop UKM Provinsi Kalimantan Utara, Hasriyani, menyampaikan pemberdayaan dan pengembangan UKM telah menjadi visi pemerintah di Kalimantan Utara.

Beberapa program yang trkah dilakukan untuk mendukung pengembangan UKM tersebut yakni dengan ikut memagangkan para pelaku UKM batik ke balai batik di Jogja. Termasuk mendatangkan narasumber untuk secara langsung mengajarkan kepada para pelaku UKM batik.

“Jadi sudah banyak pelatihan-pelatihan yang telah kami fasilitasi, bahkan kolaborasi dengan Bi juga telah kami lakukan. Beberapa kegiatan termasuk bagaimana dari hasil para perajin ini bisa dikenal luas, kami juga ikut melibatkan mereka ketika ada event meskipun hanya di sekitaran kami. Hari ini [acara Dekranas] juga merupakan satu momentum dimana masyarakat di luar Kalimantan Utara, bisa mengenal bahwa di Kalimantan Utara memiliki perajin tenun dan batik,” kata dia.

Disebutkan jika saat ini di provinsi tersebut juga trlah berlaku Pergub No. 21/2021 terkait penggunaan batik Kalimantan Utara. Hal ini merupakan kebijakan pemerintah untuk mendukung produk lokal.

Di sisi lain, pengembangan batik juga tidak bisa lepas dari inovasi produk yang terus dilakukan. Owner Uni Batik, Solo, Hartini, mengatakan jika bicara batik di Solo, tentu secara kompetitor sudah banyak. Namun Uni Batik mencoba membuat batik dengan inovasi sendiri yang menjadikannya tetap diterima pasar secara luas.

“Di Solo, kalau bersaing, kompetitornya banyak sekali. Maka kami mencoba berinovasi dengan sedikit keluar dari pakem batik Solo. Kami mencoba membikin batik-batik daerah, seperti batik Papua, batik Kalimantan, Pekan Baru, Medan dan sebagainya,” kata dia.

Advertisement

Di sisi lain dia juga mengatakan kebijakan pemerintah daerah dengan kebijakan menggunakan batik produk lokal, juga sangat membantu pelaku usaha bati di tiap daerah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif