Entertainment
Kamis, 14 Juni 2012 - 06:35 WIB

DISKUSI WAYANG: Seniman Berharap Wayang Keluar dari Sangkarnya

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wayang Masa Depan—Penulis novel wayang asal Sukoharjo, Pitoyo Amrih (membawa mic), sedang memberikan pemaparannya dalam diskusi Menyongsong Wayang Masa Depan di Pendhapa Wisma Seni Taman Budaya Surakarta. (JIBI/SOLOPOS/Chrisna Chanis Cara )

Wayang Masa Depan—Penulis novel wayang asal Sukoharjo, Pitoyo Amrih (membawa mic), sedang memberikan pemaparannya dalam diskusi Menyongsong Wayang Masa Depan di Pendhapa Wisma Seni Taman Budaya Surakarta. (JIBI/SOLOPOS/Chrisna Chanis Cara )

“Wayang seharusnya tidak mengurung diri di sangkar emas, sulit disentuh.” Ungkapan itu meluncur dari seniman wayang kontemporer, Nanang HP, menanggapi kondisi seni wayang dewasa ini.

Advertisement

Menurut Nanang, seniman wayang idealnya mampu membumi dengan lingkungan sekitar. Ia mengungkapkan, saat ini seolah masih ada jarak antara seni wayang dengan masyarakatnya sendiri. “Dalang harus mengenali kebutuhan masyarakat jika ingin bertumbuh kembang. Jangan ribut-ribut terus soal pakem,” ujarnya dalam diskusi Menyongsong Wayang Masa Depan di Pendhapa Wisma Seni Tama Budaya Surakarta, Rabu (13/6/2012).

Diskusi yang masih dalam rangkaian Pekan Wayang Jawa Tengah 2012 ini diikuti puluhan pegiat wayang dari Jawa Tengah. Mereka saling berurun rembug tentang prospek wayang di masa depan.
“Maaf kalau di sini ada yang kurang setuju, bagi saya, wayang itu produk yang harus dipasarkan. Nah sekarang, bagaimana kita membuat pentas yang dihargai pelanggan,” tutur pemerhati seni asal Surabaya, Sinarto.

Menurut mantan Kepala UPT Taman Budaya Jawa Timur ini, pelaku seni wayang harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Kreativitas, imbuhnya, harus menjadi pola kerja yang dijiwai seniman wayang. “Bisa lewat revitalisasi lakon. Masa dari dulu Dasamuka diceritakan jahat terus. Lakon sebenarnya bisa digali.”

Advertisement

Sementara penulis novel wayang asal Sukoharjo, Pitoyo Amrih, menilai pengembangan wayang tak melulu melalui pentas konvensional. Lewat novelnya, Pitoyo telah menginspirasi beberapa komunitas action figure dan animasi untuk mengembangkan wayang. “Anak muda yang belum mengerti wayang bisa didekati dengan cara ini. Intinya, semua orang bisa berkontribusi,” tandasnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif