Jogja
Rabu, 29 Agustus 2012 - 10:15 WIB

SENDOK CELEBRAL PALSY: Dari Sendok Jadi Kemandirian

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dosen Ilmu Keperawatan FK UGM, Sri Hartini menunjukan foto sendok untuk penderita Celebral Palsy (CP) (JIBI/Harian Jogja/Mediani Dyah Natalia)

Dosen Ilmu Keperawatan FK UGM, Sri Hartini menunjukan foto sendok untuk penderita Celebral Palsy (CP) (JIBI/Harian Jogja/Mediani Dyah Natalia)

Siapa sangka sebuah alat bantu untuk makan, seperti sendok dapat berarti besar. Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), terkhusus celebral palsy (CP) sendok ini sama saja menyematkan dirinya sebagai makhluk yang independen. Kini kebutuhan dasar seperti makan dapat dilakukan seorang diri.

Advertisement

Selama ini penderita CP harus menggantungkan hidupnya pada bantuan orang. Akibat kelumpuhan yang parah, penserita kesulitan melakukan gerak atas dan halus. Hal-hal simpel seperti memegang atau menggegam pun tidak dapat dilakukan.

Terpaksa ia tidak dapat merasakan jabat tangan ’sehangat’ orang lain. Disisi lain, hal yang paling sering dilakukan yakni makan pun sangat sulit dilakukan.

Advertisement

Terpaksa ia tidak dapat merasakan jabat tangan ’sehangat’ orang lain. Disisi lain, hal yang paling sering dilakukan yakni makan pun sangat sulit dilakukan.

“Karena lumpuh, tangannya kaku dan tidak dapat dilipat seperti orang lain. Sehingga jika pakai sendok yang biasa, sendok itu tidak dapat masuk mulut, tapi menyasar bahu atau leher,” ujar Peneliti Utama, Sri Hartini belum lama ini.

Dari riset yang dilakukannya bersama Elsi Dwi Hapsari, Widyawati, Khudazi Aulawi dan Sunartini Hapsara di SLBN 1 Jogja, diketahui 51 anak penderita CP di sekolah tersebut kesulitan mempergunakan sendok. Beranjak dari persoalan ini, kelimanya berusaha melakukan inovasi untuk mengembangkan sendok dengan kelengkungan tertentu.

Advertisement

“Diketahui jarak jari ke mulut oleh 51 anak ini 0 smapai 11 sentimeter. Dengan jarak itu dihasilkan sudut siku antara 45 derajat sampai 90 derajat,” jelas Dosen Ilmu Keperawatan FK UGM ini.

Berbasis perhitungan ini, diketahui lengkungan yang pas antara tangkai dan kepala sendok ialah penjumlahan dari 45 derajat dan 90 derajat, yakni 135 derajat. Kepala sendok yang melengkung sesuai pengembangan riset memampukan anak untuk makan tanpa bantuan orang lain.

Selain itu, sendok ini juga dilengkapi palang penahan. Tujuannya palang ini dapat menahan jari bagi penderita CP yang kaku dan defisiensi fungsi memegang dan menggenggam. Bagi penderita CP yang lebih ringan, ia dapat mempergunakan sendok tanpa palang.

Advertisement

Sampai saat ini, sendok berbahan dasar kayu sonokoling ini telah dipergunakan di SLBN 1 Jogja. Diharapkan alat bantu ini dapat disebarluaskan sehingga semakin banyak membantu.

Atas alasan ini, sejak 2010 Sri mendaftarkan sendok tersebut untuk mendapatkan hak paten ke Kementerian Hukum dan HAM. Proses ini diharapkan dapat melindungi inovasi yang dihasilkannya bersama keempat rekan lain.

“Setelah dapat hak paten, prodi belum mikir apakah akan diproduksi secara massal sehingga didapat profit tertentu. Yang jelas saat ini motivasinya hanya satu, membantu anak CP. 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif