Jogja
Senin, 28 Mei 2012 - 09:49 WIB

KREATIVITAS MAHASISWA: Kulit Jengkol & Randu Jadi Obat Antiketombe

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dari kiri ke kanan: Yuni Amalia, Sarah Khaizarun dan Hesty Parbuntari (JIBI/Harian Jogja/Kharisma Ayu Febriana)

Dari kiri ke kanan: Yuni Amalia, Sarah Khaizarun dan Hesty Parbuntari (JIBI/Harian Jogja/Kharisma Ayu Febriana)

Menjadi mahasiswa mesti kreatif. Terlebih jika dapat menerapkan ilmu yang sedang digeluti menjadi penemuan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Advertisement

Hal ini yang kini dilakoni mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dengan menemukan kulit jengkol dan daun randu sebagai bahan antiketombe. Jengkol yang dibenci sebagian orang karena aromanya yang tak sedap, begitu juga daun randu.

Namun, keempat mahasiswa jurusan kimia yakni Yuni Amalia, Sarah Khaizuron, Hesty Parbuntari, Erista Viona Anjungsari, justru menjadikannya sebagai bahan antiketombe.

Ketua kelompok penelitian, Yuni Amalia, menjelaskan alasannya memilih dua tanaman itu, karena secara umum tanaman jengkol dan randu telah dimanfaatkan di Indonesia namun pemanfaatan ini belum bervariasi.

Advertisement

“Seperti halnya tanaman jengkol yang sebagian besar hanya dikonsumsi setelah diolah secara tradisional sedangkan tanaman randu hanya bagian tertentu pada tanaman yang telah dimanfaatkan menjadi kapuk,” ujarnya saat ditemui Harian Jogja di Fakultas MIPA UNY, Sleman, Sabtu (26/5).

Yuni menambahkan kedua tanaman itu mengandung banyak zat yang bermanfaat. Berdasarkan hasil penelitian para ilmuwan, tanaman jengkol banyak mengandung zat, seperti protein, kalsium, fosfor, asam jengkolat, vitamin A dan B1, karbohidrat, minyak atsiri, saponin, alkaloid, terpenoid, steroid, tanin, dan glikosida. Tumbuhan randu mengandung polifenol, saponin, damar yang pahit, hidrat arang pada daunnya, dan minyak dalam bijinya.

“Setelah kami pengujian selama empat bulan, ternyata kandungan saponin dan flavonoid teruji dapat digunakan sebagai bahan anti bakteri yang mampu menghilangkan ketombe yang disebabkan oleh bakteri Malassezia. Senyawa ini terdapat pada kulit jengkol dan daun randu untuk menghilangkan ketombe,” ungkapnya.

Advertisement

Penelitian yang mendapatkan hibah Dikti sebesar Rp4 juta ini, menghasilkan penemuan dalam bentuk ektrak kulit jengkol dan daun randu. Dimana dalam menentukan komposisi yang tepat hingga dilakukan empat kali ujicoba.

Proses pembuatannya yakni kulit jengkol dan daun randu ditumbuk kasar menggunakan alat penumbuk. Selanjutnya, hasil tumbukan dipindahkan kedalam wadah plastik dan tambahkan air secukupnya, lalu aduk hingga tercampur dan menghasilkan buih-buih kecil hingga airnya kental. Campuran tersebut kemudian disaring, sehingga mendapatkan cairan hasil tumbukan yang bersih.

Sarah Khaizuron menambahkan cara penggunaannya dengan menuangkan sedikit ektrak tersebut kedalam kapas, lalu di usapkan pada bagian yang berketombe, maka ketombe akan terangkat dengan sendirinya. “Cara penggunaannya yang masih sederhana dan kurang praktis ini, terkadang bagi orang yang kurang telaten akan males menggunakannya. Kedepannya kami berharap ektrak ini dapat dikemas dalam bentuk sampo antiketombe yang lebih praktis digunakan,” ujarnya.

Keunggulan produk ini, modifikasi kulit jengkol dan daun randu dapat dijadikan salah satu solusi yang efektif sebagai obat alternatif antiketombe yang bersifat tradisional yang mengandung saponin dan flavonoid. Karena dibandingkan  produk sampo antiketombe yang sebagian besar mengandung bahan kimia, sehingga mengakibatkan ketidakcocokan kulit dalam penggunaannya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif