KLATEN–Sebanyak 40 karyawan PT SC Enterprises (SCE), Prambanan, Klaten tidak dipekerjakan kembali sebagai tenaga kontrak di perusahaan garmen tersebut. Merekamerupakan pengurus dan anggota serikat pekerja (SP) yang diketuai oleh Ebo Budiyanto yang lebih dulu diberhentikan dari pekerjaannya.
Pemberhentian kerja terhadap 40 karyawan PT SCE itu disesalkan Sekretaris Konfederasi Konggres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Jogja, Akbar Rewako.
Menurutnya, penghentian kerja besar-besaran itu dilakukan pada Jumat dan Sabtu (11&12/5) lalu atau tepat dua hari setelah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) menggelar mediasi yang mempertemukan manajemen dengan perwakilan buruh.
“Dalam surat yang diterima buruh, mereka diberhentikan bekerja karena sudah habis masa kontraknya dan demi efisiensi perusahaan,” kata Akbar kepada solopos.com, Jumat (18/5/2012).
Akbar menilai pemberhentian kerja terhadap 40 karyawan itu merupakan bentuk pemberangusan kebebasan berserikat. Menurutnya, alasan pemberhentian kerja yang disampaikan manajemen PT SCE tidak berdasar. Terdapat sejumlah karyawan yang diberhentikan kendati masa kontraknya akan habis pada Juli dan Agustus mendatang.
“Kalau itu demi efisiensi, mengapa sekarang perusahaan juga menyelenggarakan training untuk merekrut karyawan baru,” tukas Akbar.
General Manager PT SCE, Hadi Suyanto saat ditemui wartawan di kantornya menegaskan bahwa penghentian kerja terhadap 40 karyawan tersebut dilatarbelakangi habisnya masa kontrak dan demi efisiensi perusahaan.
“Penghentian kerja itu tidak ada hubungannya dengan aktivitas mereka selaku pengurus maupun anggota serikat pekerja,” ujar Yanto.
Menurut Yanto, sejak terjadi aksi mogor kerja yang diikuti ribuan karyawan, PT SCE mengalami kerugian besar. Sejumlah produk yang diekspor tidak bisa memenuhi target. Selain itu, pengirimkan barang juga sering terlambat karena belum terpenuhinya kuota pesanan.
Akibatnya, tingkat kepercayaan perusahaan rekanan di luar negeri terhadap PT SCE menurun sehingga mereka mengurangi kuota pesanan. “Kalau orderan sepi, mau tidak mau kami harus melakukan efisiensi di tubuh perusahaan,” papar Yanto.