Soloraya
Rabu, 15 Mei 2024 - 19:52 WIB

Pimpinan PT Pan Brothers Boyolali Sebut Ini Kunci Keberhasilan Bisnis Tekstil

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - General Manager (GM) Human Resources Management (HRM) PT Pan Brothers Tbk, Nurdin Setiawan, di kantornya, Butuh, Mojosongo, Boyolali, Rabu (15/5/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — General Manager (GM) Human Resources Management (HRM) PT Pan Brothers Tbk, Nurdin Setiawan, meyakini bisnis tekstil selamanya tidak akan pernah mati. Hal tersebut karena mulai dari manusia lahir hingga meninggal membutuhkan tekstil dan produk tekstil.

Namun demikian, ada yang hal yang membuat bisnis tekstil mati yaitu karena tidak adanya kesungguhan. Kesungguhan menjadi kunci sukses dan bertahan dari pelaku industri tekstil. Nurdin menilai industri tekstil dan produk tekstil memiliki masa depan yang bagus selama dijalankan dengan kesungguhan.

Advertisement

Pernyataan disampaikan Nurdin di hadapan 15 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) fashion binaan PT Pan Brothers Tbk di kantor perusahaan tersebut di Boyolali, Rabu (15/5/2024). “Walau industri tekstil sedang tidak baik-baik saja, kita optimistis bisnis tekstil tidak akan pernah mati,” ujar dia.

Nurdin menambahkan dari saat manusia lahir, yang dibutuhkan kali pertama adalah tekstil. Bahkan hingga manusia meninggal juga membutuhkan tekstil.

Advertisement

Nurdin menambahkan dari saat manusia lahir, yang dibutuhkan kali pertama adalah tekstil. Bahkan hingga manusia meninggal juga membutuhkan tekstil.

“Pada saat lahir orang kan tidak ngasih makanan dulu ke anak, tapi kasih garmen. Lalu saat meninggal sekalipun, yang dicari kan bukan makanan-minuman tapi pakaian, garmen. Apalagi nonmuslim kalau meninggal pakai jas, baju, kalau muslim pakaian kain kafan, itu juga produk tekstil,” kata dia saat ditemui seusai acara.

Nurdin mengatakan para UMKM membuat pilihan bisnis yang tepat dengan memilih sektor produk tekstil. Ia mengatakan industri tekstil dan produk tekstil memiliki keberlanjutan dari sisi pasar, proses produksi, dan permodalan.

Advertisement

“Pada saat pandemi, geopolitik perang Rusia-Ukraina ditambah di Timur Tengah yang mengakibatkan pasar ekspor drop atau turun termasuk order-order ke kami. Maka harapannya bagaimana produk domestik ini berkembang pada saat ekspornya drop,” kata dia.

Di sisi lain, permasalahan yang dihadapi UMKM ketika akan bangkit, yakni gempuran produk impor ilegal pakaian jadi dengan harga yang tidak kompetitif. Harga produk impor ilegal sangat murah karena tidak membayar pajak. Terutama pakaian thrift, Nurdin mengatakan sangat mengganggu pasar domestik terutama UMKM.

Siap Berkompetisi

Ia berharap para pelaku UMKM fashion tidak mengeluh dan mencoba mencari pasar yang betul-betul menarik, setidaknya bagi lingkungan sekitar. Selanjutnya, terkait pernyataan industri tekstil dan produk tekstil tidak baik-baik saja diawali dari pandemi Covid-19.

Advertisement

“Sebenarnya [pengaruh] pandemi itu berlangsungnya hanya satu tahun pada 2020. Pada 2021 itu sudah mau take off tekstil dan produk tekstil, akan tetapi pada kuartal I 2022 terjadi perubahan geopolitik [perang Rusia-Ukraina],” kata dia.

Nurdin mengatakan hingga sekarang belum ada recovery yang baik dan dampak dari situasi geopolitik itu bersifat global. Sehingga, tidak hanya menghantam perusahaan di Indonesia tapi di negara produsen tekstil dan produk tekstil seperti China, Vietnam, Bangladesh, dan Kamboja.

Ia memaparkan data pekerja PT Pan Brothers di seluruh Indonesia pada 2019 ada sekitar 36.000 orang dan 30.000 orang di antaranya ada di Jawa Tengah. Lalu, pada 2020 ada 30.000 pekerja se-Indonesia, pada 2021 ada 32.000 pekerja. Pada 2023 penurunan menjadi sekitar 25.000 pekerja lalu pada April 2024 ada sekitar 24.000 pekerja.

Advertisement

Pada April 2024 ini, 19.000 karyawan Pan Brothers ada di Jawa Tengah yaitu Sragen dan Boyolali. Khusus di Boyolali ada 17.500 pekerja yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Mojosongo, Sambi, dan Klego.

“[Menurun] tidak karena PHK [pemutusan hubungan kerja] tapi karena karyawan yang keluar itu tidak kami lakukan replacement,” kata dia.

Sementara itu, pelaku usaha konfeksi pakaian umrah dan haji asal Gatak, Mojosongo, Boyolali, Zeni Amilatun, juga setuju dengan anggapan industri tekstil tidak akan pernah mati.

Walaupun begitu, ia menilai pelaku bisnis industri tekstil harus siap dengan kompetitor dan bersiap untuk melakukan inovasi. “Segala agenda apa pun membutuhkan pakaian. Kalau bisnis pakaian memang menurut saya bagus dan peluangnya banyak,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif