News
Selasa, 15 Mei 2012 - 07:30 WIB

DAYA SAING UKM di Pasar Global Minim

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (dok/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (dok/JIBI/SOLOPOS)

SOLO–Kemampuan daya saing pelaku usaha kecil mikro (UKM) Indonesia dalam perdagangan ekspor dinilai masih sangat minim.

Advertisement

Bahkan, menurut Direktur Pusat Industri, UKM dan Persaingan Usaha, Universitas Trisakti, Tulus Tambunan, minimnya daya saing UKM Indonesia dalam menghadapi pasar bebas 2020 dinilai sudah merisaukan.

“Daya saing global yang rendah dari UKM dapat menjadi hambatan serius bagi UKM. Tidak hanya untuk menembus pasar global bahkan untuk memenangi persaingan dengan barang impor di pasar domestik juga akan berat,” kata Tulus, saat ditemui Solopos.com, di Kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo, Senin (14/5/2012).

Menyikapi kondisi ini, Pusat Studi Industri, UKM dan Persaingan Usaha Usakti bersama lembaga USAID bakal mengadakan penelitian mengenai kelemahan dan potensi yang dimiliki UKM untuk bisa menembus pasar ekspor. Tulus mengatakan, penelitian tersebut tujuan utamanya adalah mencari solusi bagi UKM agar punya daya saing di pasar global.

Advertisement

“Kalau bicara soal akses kredit yang sulit itu sudah menjadi masalah klasik. Kami ingin satu langkah lebih maju yakni mendorong kemampuan UKM masuk ke pasar ekspor.”

Ada 100 UKM di wilayah Jawa Tengah yang akan menjadi objek penelitian, yakni Solo, Semarang dan Jogja. Pihaknya bekerja sama dengan Kadin dalam melakukan penelitian ini. “Dalam penelitian ini, ada nilai tambah mengenai peran pemerintah terkait fasilitas ekspor yang diberikan kepada UKM. Penelitian yang lain belum pernah ada yang memasukkan indikator ini, dari Badan Pusat Statistik (BPS) sekalipun,” kata Tulus.

Tulus menambahkan, berdasar data yang dirilis APEC, Indonesia menempati posisi terakhir untuk daya saing UKM. “Persoalan yang paling utama yang dihadapi UKM Indonesia adalah lemahnya penggunaan fasilitas internet, dan penguasaan teknologi,” ujar Tulus yang juga pengurus Kadin Indonesia.

Advertisement

Sementara, berdasar data BPS, lanjut Tulus, hambatan utama yang dihadapi UKM di Indonesia adalah keterbatasan modal dan kesulitan pemasaran. “Walaupun sudah banyak skema kredit yang ditawarkan, tetapi UKM di desa belum bisa mengakses dengan mudah kredit yang ditawarkan bank maupun lembaga keuangan.”

Pada kesempatan yang sama, Ketua Kadin Solo, Hardono, menyambut baik upaya Pusat Studi Industri, UKM dan Persaingan Usaha Usakti dengan melibatkan UKM-UKM di Solo. Menurut Hardono, upaya mendorong UKM untuk menembus pasar ekspor sudah cukup banyak. “Salah satu yang sedang kami rintis adalah UKM Center,” kata Hardono.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif