Soloraya
Selasa, 7 Mei 2024 - 19:57 WIB

Waduh! Panen Padi di Wonogiri Memburuk karena Perubahan Iklim, Petani Rugi

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Buruh tani memanen padi di area persawahan Kecamatan Selogiri, Wonogiri, Selasa (7/5/2024). Hasil panen padi di wilayah ini turun karena banyak padi roboh. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRIPetani padi di wilayah Selogiri, Kabupaten Wonogiri, banyak merugi karena hasil panen pada masa tanam kali ini turun drastis. Mereka juga terancam hanya bisa menanam sekali pada tahun ini. Perubahan iklim disebut menjadi penyebabnya.

Petani padi di Desa Pule, Selogiri, Sarno, mengatakan hasil panen padi para petani di Wonogiri banyak berkurang pada masa panen kali ini. Beberapa hari sebelum panen banyak padi di daerah itu roboh. Batang padi tidak kuat menahan empasan angin dan hujan yang cukup deras.

Advertisement

Dia mencontohkan hasil panen padi di sawah miliknya yang seluas sekitar 6.000 meter persegi saat ini hanya tiga ton gabah kering panen. Padahal normalnya bisa mencapai lima ton gabah kering panen.

Di tambah lagi, biaya panen kali ini membengkak dibandingkan panen sebelum-sebelumnya. Proses pemanenan padi yang roboh atau ambruk lebih lama, sehingga biaya yang dikeluarkan juga lebih banyak meski sama-sama menggunakan mesin combi.

Advertisement

Di tambah lagi, biaya panen kali ini membengkak dibandingkan panen sebelum-sebelumnya. Proses pemanenan padi yang roboh atau ambruk lebih lama, sehingga biaya yang dikeluarkan juga lebih banyak meski sama-sama menggunakan mesin combi.

Biaya panen padi di Wonogiri biasanya hanya Rp1,7 juta untuk sewa mesin dan jasa buruh tani. Namun saat ini biayanya sampai lebih dari Rp3 juta. ”Dari panen ini, saya cuma bisa dapat pendapatan bersih paling banyak Rp2 juta dengan masa tanam lebih dari tiga bulan,” kata Sarno saat ditemui Solopos.com di Selogiri, Selasa (7/5/2024).

Menurut Sarno, banyak petani di Selogiri yang bahkan merugi karena biaya produksi yang mereka keluarkan tidak sebanding dengan hasil panen. Di sisi lain, dengan melihat iklim saat ini, tahun ini petani sangat mungkin hanya bisa menanam padi sekali.

Advertisement

Petani padi lainnya di Selogiri, Wonogiri, Winarno, mengungkapkan lebih dari separuh tanaman padi di sawahnya seluas satu hektare roboh sebelum panen. Padi ambruk itu dipicu hujan lebat disertai angin yang terjadi hampir setiap sore atau malam selama beberapa hari terakhir ini di Wonogiri.

Kualitas Gabah Menurun

Batang padi tidak kuat menahan beban sehingga jatuh dan tidak bisa berdiri lagi. Kondisi ini membuat kualitas gabah menurun drastis. Penyebab dari permasalahan tidak lepas dari kemarau panjang yang terjadi pada 2023 hingga awal 2024.

Pada masa tanam kali terkahir ini, banyak petani yang mulai menanam pada akhir Februari. Masa tanam itu sebenarnya sudah termasuk mundur. Sebab biasanya masa tanam mulai Januari atau awal Februari.

Advertisement

Meski mundur, kata dia, pada pekan-pekan awal masa tanam, ternyata intensitas hujan turun sangat minim. Sawah menjadi kekurangan air. Akibatnya, batang padi yang sudah tumbuh itu rapuh dan mudah ambruk. “Panen ini enggak dapat untung, malah rugi,” ungkap Winarno.

Kepala Dinas Pertanian Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, menyampaikan masa panen padi kali ini memang tidak optimal. Banyak padi milik petani di Selogiri dan daerah lainnya roboh sebelum panen sehingga kualitas dan kuantitas gabah turun. Perubahan iklim menjadi salah satu faktor penyebab para petani ini gagal panen.

Dia menjelaskan masa tanam ketiga para petani mundur dari biasanya. Pada saat akhir-akhir masa tanam, batang padi sudah banyak yang berbuah. Tetapi ternyata pada saat bersamaan justru curah hujan tinggi selama beberapa hari terakhir. “Kata Kementerian Pertanian, ini karena adanya perubahan iklim,” ungkap Baroto saat ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa.

Advertisement

Baroto juga menyebutkan petani mungkin hanya menanam satu kali pada tahun ini. Oleh karena itu, Dinas Pertanian akan menyiapkan program pompanisasi di area persawahan yang masih ada air permukaan. Hal ini untuk menjaga pasokan produksi pangan di Wonogiri.

”Tetapi, informasi dari BMKG, ada kemungkinan juga tahun ini ada fenomena La Nina, artinya di tengah kemarau nanti ada hujan. Petani bisa menanam dua kali kalau itu benar terjadi,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif