Walau di tengah terik matahari, para aktivis tersebut tetap bersemangat untuk menghabiskan barang-barang yang dibagikan sesuai sasaran.
Sore hari ketika semua barang-barang telah habis dibagi, mereka pun berkumpul di sudut jalan untuk melepas lelah. Nah, saat itulah Tiba-tiba ada seorang tukang becak, sebut saja Jon Koplo, yang datang menghampiri. Dengan wajah super lugunya, bapak-bapak berusia sekitar enam puluhan tahun tersebut berkata dengan nada protes hingga semua mata mahasiswa ikut berpaling ke arahnya dengan wajah serius.
“Mas’e karo mbak’e iki kepiye ta? Tukang becak-tukang becak liyane didumi permen karet, mosok aku ora? Mbok nek ngedum ki mbok sing adil! Saiki aku ya njaluk. Isih ora?”
Para mahasiswa pun sontak tertawa ngakak sampai ada yang perutnya sakit karena geli. Gembus pun membaca situasi. Ia menduga tukang becak itu telah dikerjai teman-teman seprofesinya. Merasa kasihan, sebagai koordinator aksi yang bertanggung jawab, Gembus terpaksa ngalahi membelikan beberapa permen karet sungguhan dan memberikannya kepada Jon Koplo. Tukang becak pun kegirangan lalu mengucapkan ”matur nuwun”, kemudian meninggalkan mereka.
Robert Fernando (Mahasiswa Tarbiyyah IAIN Surakarta), Pilangsari, Pilangsari, Gesi, Sragen