Sudah agak malam Koplo sampai di tempat layatan. Di sana sudah banyak warga berkumpul. Bahkan di serambi dan halaman rumah digelar tikar untuk jagongan.
Setelah menyalami para tetangga, Koplo melihat ada beberapa orang yang sedang tiduran di tikar, salah satunya tidur tengkurap. Merasa tidak asing lagi dengan postur tubuh gembul krukupan sarung itu, Jon Koplo siap-siap mengerjainya. “Dasar Tom Gembus tukang tidur, di tempat layatan kok tidur, memalukan,” batinnya.
Karena terbiasa bercanda dengan Tom Gembus yang juga sesama pedagang di rombongan pasar malam itu, dengan semangat mengganggu, Koplo menendang pantat orang itu, “Hei, bangun! Mau layat apa mau tidur?!” teriaknya.
Orang-orang yang duduk di sekitar Jon Koplo menoleh ke arahnya. Lalu terdengar lah tawa cekikikan bersamaan dengan si orang yang tidur tadi membalikkan badan. Badala! Wajah Jon Koplo pucat saknalika saat mengetahui sosok gembul itu bukannya Tom Gembus, melainkan salah seorang ustaz di kampungnya yang tertidur karena kecapekan.
“Oh, maaf… Maaf Pak Ustaz. Saya kira tadi Tom Gembus. Ngapunten nggih…!” ucap Jon Koplo sambil mundhuk-mundhuk diiringi derai tawa para pelayat.
Koplo segera berpindah tempat mencoba membuang malu. “Kampret! Tiwas nendang, jebul salah orang!”
Wakhid Syamsudin, Sidowayah RT 001/RW 006 Ngreco, Weru, Sukoharjo 57562