Soloraya
Minggu, 28 April 2024 - 13:17 WIB

Bersih Dusun, Warga Bunder-Jarakan Klaten Mandikan Sapi & Minum Dawetan Bersama

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peternak memandikan sapinya dalam tradisi mplegung sapi di di Kedung Tanggul Rejo Guyub Rukun, Dukuh Bunder-Jarakan, Desa Bandungan, Kecamatan Jatinom, Klaten, Minggu (28/4/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga Dukuh Bunder-Jarakan, Desa Bandungan, Kecamatan Jatinom, Klaten, menggelar rangkaian kegiatan bersih dusun merti Kedung Tanggul Rejo Guyub Rukun yang salah satunya diisi kegiatan mplegung sapi dan dawetan, Minggu (28/4/2024) pagi.

Warga yang merupakan peternak membawa sebagian ternak mereka berupa sapi ke kedung setempat. Mereka memandikan sapi di kedung tersebut. Puluhan sapi itu kemudian dijemur dan warga menggelar doa bersama dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat.

Advertisement

Seusai berdoa, tokoh masyarakat bersama perwakilan dari pemerintah kecamatan memercikkan air suci ke arah sapi. Puncaknya, warga menggelar tradisi dawetan. Tak hanya diminum sendiri, peternak meminumkan dawet ke sapi mereka.

Harapannya agar sapi bisa menghasilkan susu yang banyak dan mengangkat kesejahteraan peternaknya. Rangkaian kegiatan kemudian dilanjutkan pemeriksaan kesehatan hewan oleh petugas Puskeswan Jatinom.

Advertisement

Harapannya agar sapi bisa menghasilkan susu yang banyak dan mengangkat kesejahteraan peternaknya. Rangkaian kegiatan kemudian dilanjutkan pemeriksaan kesehatan hewan oleh petugas Puskeswan Jatinom.

Selain mplegung sapi dan dawetan, warga Bunder-Jarakan juga menggelar kirab membawa gunungan hasil bumi dari tengah permukiman menuju Kedung Tanggul Rejo Guyub Rukun. Setelah itu, warga menggelar kenduri dan diakhiri halalbihalal.

Ketua panitia Bersih Dusun Bunder-Jarakan, Bandungan, Jatinom, Klaten, Basir, 49, menjelaskan rangkaian kegiatan digelar sebagai upaya merawat tradisi yang sudah berlangsung turun temurun. “Tradisi ini sekaligus memperkenalkan budaya desa kami dengan harapan bisa menjadi desa wisata,” kata Basir.

Advertisement

Salah satu tokoh adat Bunder-Jarakan, Sunaryo, 65, menjelaskan tidak semua sapi milik peternak bisa dibawa ke rangkaian kegiatan mplegung pagi itu lantaran lokasi kegiatan tak bisa menampung. Rata-rata per keluarga di kampung setempat minimal memiliki dua sapi sebagai tabungan mereka.

Kegiatan budaya itu sekaligus menjadi bentuk syukur dan membahagiakan peternak sekaligus sapi mereka. “Tujuan tradisi ini supaya sapi bersih dan sehat,” kata Sunaryo.

Warga di wilayah Bunder-Jarakan, Bandungan, Jatinom, Klaten, hingga kini masih merawat tradisi budaya mereka seperti bersih dusun. Selain itu juga tradisi momong ketika ada sapi yang melahirkan pedet.

Advertisement

Warga menggelar syukuran dengan mengundang tetangga sekitar. “Kalau momong itu sampai menyembelih ayam. Minimal biaya untuk syukuran itu Rp1 juta,” kata dia.

Sementara itu, Camat Jatinom, Agus Sunyata, mengapresiasi warga Bunder-Jarakan masih menjaga tradisi budaya.  Dia berharap tradisi itu tetap lestari dan meningkatkan perekonomian warga.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif