Soloraya
Kamis, 20 Desember 2012 - 16:17 WIB

Boraks Beredar di Pasar Mulur

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas menunjukkan bleng atau cetitet yang mengandung boraks di Pasar Mulur, Sukoharjo, Kamis (20/12/2012). (Farid Syafrodhi/JIBI/SOLOPOS)

Petugas menunjukkan bleng atau cetitet yang mengandung boraks di Pasar Mulur, Sukoharjo, Kamis (20/12/2012). (Farid Syafrodhi/JIBI/SOLOPOS)

SUKOHARJO — Tim pengawas dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sukoharjo menemukan bleng atau cetitet yang diduga mengandung boraks, Kamis (20/12/2012). Bahan pengembang makanan yang mengandung boraks itu ditemukan saat tim menggelar sidak di Pasar Mulur, Kecamatan Bendosari.

Advertisement

Tim mencurigai bleng itu mengandung boraks lantaran pada bungkusnya tidak tertera alamat lengkap produsen dan nomor izin pangan industri rumah tangga (PIRT). Bila makanan yang dijual itu resmi, seharusnya terdapat keterangan lengkap pada bungkusnya. Sedangkan di bungkus bleng itu hanya tertera merek dan kota pembuatan.

“Merek Semar pabriknya di Solo sedangkan merek Asli di Sukoharjo. Tapi Solo dan Sukoharjo bagian mana, tidak dijelaskan detail. Makanan yang tidak sehat biasanya disiasati produsen dengan menulis alamat yang tak lengkap,” ujar Kabid Perdagangan Disperindag Sukoharjo, Bambang Setiyono, di sela-sela sidak, Kamis.

Penjual bleng di Pasar Mulur, Titik, mengaku tidak mengetahui alamat produsen bleng tersebut. Pasalnya ia hanya menerima dari seseorang yang menitipkan barang itu ke toko. Bleng itu biasanya dibeli oleh para pembuat karak dan gendar. Atas temuan itu, tim akan menelusuri pabrik pembuat bleng di Sukoharjo.

Advertisement

“Kalau memang benar di Sukoharjo, kami akan telisik di mana lokasi pabriknya,” ungkap Bambang.

Selain menemukan bahan makanan mengandung boraks, tim juga menemukan sejumlah makanan ringan seperti kerupuk dan kuping gajah yang mengandung rodhamin atau pewarna pakaian. Minuman ringan yang sudah kadaluwarsa dan ikan asin yang sudah dikerumuni belatung juga masih dipajang di lapak para penjual.

Atas temuan itu, sambung Bambang, tim hanya menyarankan agar barang yang tidak layak konsumsi tidak dipajang lagi dan dikembalikan ke distributor. Selain itu, pedagang juga diminta untuk tidak menerima roti, kue maupun makanan lain yang tidak tertera alamat lengkap dan nomor izin PIRT.

Advertisement

Sementara itu di Pasar Polokarto, tim menemukan bumbu rendang, kare, soto, opor dan gule dalam kemasan palsu. Kemasan bumbu itu dinilai palsu karena label halal dan nomor izin PIRT dibuat sendiri oleh pembuatnya. Bungkus bumbu itu dibuat ala kadarnya dengan cara difotokopi.

“Rasanya hanya asin dan aroma bumbunya tidak keluar. Pantas kalau pembeli banyak yang komplain ke saya. Kalau bertemu dengan pengirimnya, barang ini akan saya kembalikan,” terang pemilik kios di Pasar Polokarto, Umi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif