Khazanah
Jumat, 14 Desember 2012 - 13:23 WIB

Bekerja dengan Hati

Redaksi Solopos.com  /  Tim Solopos  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Retno Setyowati

Retno Setyowati

Nama Retno Setyowati cukup akrab di kalangan jurnalis yang sering bertugas di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo era 2005-2008. Saat itu, Retno, panggilan akrabnya, mendapat tugas di Bagian Kehumasan UNS. Setelah 2008, Retno jarang tbercengkerama dengan para jurnalis.

Advertisement

Acara jumpa pers bertempat di Rumah Makan Phuket Solo, Senin (10/12), seperti menjadi ajang reuni Retno dengan para jurnalis. “Saya kangen teman-teman wartawan,” kata dia saat ditemui Espos seusai jumpa pers.

Tak banyak hal yang berubah dari sosok ibu dua orang anak ini. Salah satu perubahan yang terlihat, kini istri Gito Prasetyo ini berjilbab. Di usianya yang tak lagi muda, perempuan kelahiran 12 Oktober 1956 ini tetap bersemangat, ramah dan keibuan.

Advertisement

Tak banyak hal yang berubah dari sosok ibu dua orang anak ini. Salah satu perubahan yang terlihat, kini istri Gito Prasetyo ini berjilbab. Di usianya yang tak lagi muda, perempuan kelahiran 12 Oktober 1956 ini tetap bersemangat, ramah dan keibuan.

”Bedanya [dengan dahulu] sekarang tambah tua,” ujar dia sambil tersenyum. Senin itu, Retno mengadakan jumpa pers terkait tugasnya sebagai anggota tim pakar Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Selain sibuk mengajar para mahasiswa dan menjadi anggota tim pakar Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, dosen Fakultas Pertanian UNS ini sedang sibuk menyusun disertasi berjudul Tradisi dan Civil Society dan menjadi konsultan United Nation Children’s Fund (Unicef) bidang perlindungan anak.

Advertisement

Buku itu telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. ”Saya diminta menjelaskan bagaimana seharusnya berhubungan dengan anak-anak ketika mereka diwawancarai untuk penelitian,” kata dia.

Retno mengungkapkan selalu bersemangat menjalankan aktivitas apa pun karena ia bahagia ketika apa yang dia lakukan bermanfaat bagi orang lain. Menurut dia, hal itu merupakan salah satu usahanya untuk menyeimbangkan ritme hidup agar tak hanya mengejar sisi duniawi, tapi juga mendapatkan bekal menuju kampung akhirat.

”Saya senang berbagi kebahagiaan,” ujar dia. Ketika menjalankan amanah, Retno selalu berusaha bekerja dengan hati. Ia tak mau aktivitas yang dia lakukan hanya untuk menggugurkan kewajiban. Ketika mengajar, misalnya, ia tak mau sekadar menggugurkan kewajiban sebagai dosen.

Advertisement

Oleh karena itu, di awal perkuliahan, ia membuat kontrak sosial dengan mahasiswa. Ia meminta ketika dirinya menerangkan suatu hal semua mahasiswa mendengarkan. Jika ada yang kurang jelas, bisa ditanyakan dan akan ia jawab. “Saya tidak mau ketika saya mengajar mahasiswa sibuk ngomong sendiri,” ujar dia.

Mencermati kondisi anak-anak Indonesia, Retno menyatakan merasa sedih. UU No 23/2002 tentang Perlindungan Anak dia nilai belum diaplikasikan secara optimal. Penanganan anak-anak bermasalah masih parsial, tidak sesuai standar prosedur operasional.

Ia mencontohkan ketika seseorang mengetahui terjadi kekerasan terhadap anak, orang itu cenderung diam. Seharusnya orang tersebut melaporkan kepada pihak terkait agar ditindaklanjuti. Ini berbeda dengan kondisi di Malaysia.

Advertisement

Di sana, kata dia, ketika seseorang mengetahui terjadi kekerasan terhadap anak, orang itu akan melapor kepada pihak terkait. Jika tidak melaporkan, orang tersebut justru mendapatkan sanksi.

”Sebenarnya aturan yang ditetapkan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan di Malaysia, tapi kenyataannya aturan tidak ditaati karena pengawasan pemerintah belum optimal,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif