Soloraya
Rabu, 12 Desember 2012 - 19:23 WIB

SEDIMENTASI WGM: Bupati Nilai Pembangunan Spillway Tak Pecahkan Masalah

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Alat berat mengeruk lahan yang ada di kawasan Waduk Gajah Mungkur (WGM), beberapa waktu lalu. Di kawasan tersebut akan dibangun pintu bendung baru untuk mencegah masuknya sedimentasi ke WGM. (JIBI/SOLOPOS/Ayu Abriyani KP)

Alat berat mengeruk lahan yang ada di kawasan Waduk Gajah Mungkur (WGM), beberapa waktu lalu. Di kawasan tersebut akan dibangun pintu bendung baru untuk mencegah masuknya sedimentasi ke WGM. (JIBI/SOLOPOS/Ayu Abriyani KP)

WONOGIRI – Pembangunan spillway atau pintu bendung baru di Waduk Gajah Mungkur (WGM) dianggap bukan merupakan sebuah solusi untuk penanganan masalah sedimentasi. Sebab, banyaknya sedimentasi dipengaruhi oleh tingginya erosi di daerah hulu terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) Keduwang.
Advertisement

Hal itu diungkapkan Bupati Wongiri, Danar Rahmanto, saat sarasehan dengan warga Desa Selomarto, Kecamatan Giriwoyo di Hutan Wisata Selomoyo, wilayah setempat, Rabu (12/12/2012). “Sedimentasi disebabkan luncuran air dari kondisi tanah yang tinggi di daerah hulu. Jika kondisi tanah di daerah itu minim pohon, maka mudah terjadi erosi yang akan membawa lumpur ke WGM,” katanya.

Ia menambahkan permasalahan itu bukan diselesaikan dengan cara pengalihan lumpur ke Sungai Bengawan Solo. Lumpur yang awalnya masuk ke WGM dan dibelokkan langsung ke Sungai Bengawan Solo bukan merupakan sebuah solusi. Menurutnya, itu bukan menjadi sebuah solusi tetapi malah menambah masalah. Sebab, lanjut dia, penumpukan sedimentasi akan terjadi di Sungai Bengawan Solo. “Jika sedimentasi itu semakin menumpuk, maka wilayah sekitar Sungai Bengawan Solo akan tergenang saat volume air meluap. Dan dampaknya akan semakin meluas,” ujarnya.

Sebenarnya, lanjut dia, hal itu disampaikan saat diadakan rapat sebelum pembangunan spillway. Tapi, ia tidak bisa berbuat banyak karena itu sudah menjadi program dari pemerintah pusat. Menurutnya, solusi yang tepat yakni digalakkan penanaman pohon di DAS sehingga mampu mengikat tanah agar tidak erosi.

Advertisement

Diberitakan sebelumnya, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) membangun tembok penghalang sedimentasi dan sampah atau disebut counter measure. Pembangunan itu di sisi timur tubuh bendungan serbaguna Wonogiri yang berada di WGM. Ada dua tahap pembangunan. Pada tahap pertama, dibuat spillway baru pada pertengahan Februari 2012. Itu untuk pintu keluar sedimentasi sebelum menuju intake atau saluran menuju pintu turbin PLTA yang berada di dekat pintu bendung. Proyek itu diperkirakan selesai akhir 2013. Sedangkan tahap II berupa pembuatan sarana dan prasarana pendukung seperti tanggul dan dam di daerah aliran sungai (DAS) Keduang. Jumlah total dana untuk pembangunan itu sekitar Rp650 miliar.

Di sisi lain, di lapangan Desa Selomarto, Kecamatan Giriwoyo, juga diadakan gerakan penanaman pohon yang dihadiri Muspida, para Camat dan warga setempat. Kegiatan itu untuk memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan One Bilion Indonesia Trees (OBIT). Selain itu, juga memperingati Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon (GPTPP) serta Pencanangan Puncak Penghijauan dan Konservasi Alam Nasional (PPKAN).

Saat itu, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Wonogiri, Sri Jarwadi, mengatakan hingga pertengahan Desember sudah lebih dari dua juta pohon yang ditanam di wilayah Kabupaten Wonogiri. “Kami berharap dengan gerakan menanam pohon ini bisa mengurangi erosi dan masuknya sedimentasi ke WGM. Juga membantu mengembalikan kondisi alam sehingga mengurangi pemanasan global,” katanya saat memberikan sambutan dalam acara itu.

Advertisement

Ia menambahkan, dalam APBD Perubahan 2012, ada 5.500 batang pohon untuk penghijauan di wilayah Kabupaten Wonogiri. Menurutnya, luas wilayah hutan hingga 2012 telah mencapai 56.847 hektare atau 31,5% dari luas wilayah Kabupaten Wonogiri. Hal itu, lanjut dia, sudah memenuhi kewajiban untuk ruang terbuka hijau (RTH) di kabupaten/ kota minimal 30% dari total luas wilayah di daerah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif