Soloraya
Senin, 10 Desember 2012 - 17:24 WIB

POLEMIK AIR COKRO KE SOLO: Petani DAS Pusur Dukung Bupati Klaten

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mata air cokro, Klaten (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Mata air cokro, Klaten (JIBI/SOLOPOS/Dok)

KLATEN — Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur di Kecamatan Delanggu, Juwiring, Wonosari, Kabupaten Klaten, mendukung wacana penghentian pasokan air kepada wilayah Solo.

Advertisement

Ketua GP3A Daerah Irigasi Bogor, Kecamatan Juwiring, Sumartono, mengatakan beberapa tahun terakhir debit air di Sungai Pusur menurun drastis. Dia menuding menurunnya debit air sungai yang bersumber dari Mata Air Cokro itu dikarenakan tingginya pasokan air ke wilayah Solo.

“Dulu air di Sungai Pusur yang sampai ke Juwiring melimpah. Sekarang air di sungai itu sudah berkurang drastis bahkan nyaris langka,” papar Sumartono, kepada Solopos.com, Senin (10/12/2012).

Sumartono menjelaskan, pertanian di Juwiring sangat bergantung kepada pasokan air di Sungai Pusur. Menurutnya dulu debit air di Sungai Pusur sangat melimpah kendati memasuki musim kemarau. Sekarang saat musim kemarau tiba, warga kesulitan mencari air untuk menyirami tanaman.

Advertisement

“Sekarang status area persawahan di Juwiring berubah menjadi tadah hujan. Untuk itu, kami mendukung tak hanya 100% bahkan 2.000% rencana Bupati Klaten untuk menutup pasokan air dari Mata Air Cokro ke wilayah Solo. Lebih baik air itu dialihkan ke Sungai Pusur supaya bisa dimanfaatkan petani Klaten sendiri,” terang Sumartono.

Senada juga dikemukakan Ketua GP3A Dharma Tirta, Kecamatan Delanggu, Atok Susanto. Menurutnya, berkurangnya debit air di Sungai Pusur dikarena meningkatnya pasokan air dari Mata Air Cokro ke wilayah Solo. Selain merugikan petani, berkurangnya debit air Sungai Pusur juga merugikan warga yang tinggal di sepanjang daerah aliran sungai tersebut.

“Air dari Sungai Pusur masih cukup jernih karena berasal dari Mata Air Cokro. Masih banyak warga yang memanfaatkan air di Sungai Pusur untuk mandi dan mencuci. Kalau debit air terus berkurang, warga di DAS Pusur tak bisa memanfaatkannya lagi,” tandas Atok.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif