Soloraya
Minggu, 9 Desember 2012 - 21:05 WIB

PUTING BELIUNG JATIROTO: Tak Ada Tempat Berlindung, Selokan Pun Terpaksa Jadi Pilihan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga membersihkan jalanan yang tertutup ranting dan pohon yang patah dan tumbang akibat terpaan angin puting beliung di Jatiroto, Wonogiri. (JIBI/SOLOPOS/Andi Sumarsono)

Warga membersihkan jalanan yang tertutup ranting dan pohon yang patah dan tumbang akibat terpaan angin puting beliung di Jatiroto, Wonogiri. (JIBI/SOLOPOS/Andi Sumarsono)

WONOGIRI – Ngerinya bencana angin puting beliung yang menerjang Dusun Sambiroto Lor dan Sambiroto Kidul, Jatiroto, Wonogiri, Sabtu, (9/12/2012) kemarin masih menggelayuti benak warga setempat.
Advertisement

Jamin, warga RT 003/RW 005, Sambiroto Kidul, menceritakan peristiwa itu masih membekas dalam ingatannya. Dia menuturkan bermula pusaran angin dari arah utara menuju rumahnya. Rumah Jamin saat itu ramai konsumen yang ingin cuci kendaraan. “Pusaran itu tingginya menjulang dari langit sampai tanah seperti tornado, sesampai angin itu di guyangan kendaraan, tiba-tiba mengeluarkan cahaya api seperti kilat,” jelasnya saat ditemui Solopos.com di lokasi kejadian.

Saat itu dirinya gugup bersembunyi di bawah mobil untuk menghindari puing-puing yang dibawa angin tersebut. “Istri saya juga berlindung di dekat mobil untuk menghindari pecahan puing bangunan,” jelasnya. Jamin menambahkan saat itu beberapa sepeda motor yang parkir di pinggir jalan roboh sehingga banyak orang semakin panik dan berteriak histeris.

Sementara beberapa pengendara dan konsumen yang hendak mencuci kendaraan berlari untuk bersembunyi di dalam selokan air. “Belasan pengendara dan konsumennya langsung nyemplung got selokan untuk menyelamatkan nyawa mereka,” jelasnya.
Warga lain, Rakinem, 65, saat angin menerjang rumahnya, dia lebih memilih berpegangan tiang teras rumahnya. “Saya bingung ingin lari kemana, genteng rumah ludes tersapu, sedangkan mau lari ke halaman pohon-pohon malah tumbang,” jelasnya.

Advertisement

Warga lain, Latu, 21, membenarkan pusaran angin itu diikuti kilat cahaya. Dia menyelamatkan diri berpegangan tangan dengan orang lain. “Saat angin itu datang, saya memilih tiarap, takut keseret angin itu,” ungkapnya.

Warga lainya, Darmin, saat itu dirinya hendak pulang dari ladang, tiba-tiba angin kencang menerpa ladang. Dia mengaku nyaris tertimpa pohon jati yang roboh. Saat angin kencang di sekitar tempat dirinya berdiri, dia merangkak menjauh dari angin tersebut.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif