Berita Foto
Sabtu, 8 Desember 2012 - 10:36 WIB

Nguras Enceh, Saginem Rela Tapaki Ratusan Anak Tangga

Redaksi Solopos.com  /  Miftahul Ulum  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ratusan warga antre mendapat air dalam prosesi Nguras Enceh (menguras gentong) di kompleks makam raja-raja Mataram, Imogiri, Bantul, Jumat (7/12/2012). (Gigih M. Hanafi/JIBI/Harian Jogja)

Ratusan warga antre mendapat air dalam prosesi Nguras Enceh (menguras genthong) di kompleks makam raja-raja Mataram, Imogiri, Bantul, Jumat (7/12/2012). (Gigih M. Hanafi/JIBI/Harian Jogja)

Air dalam upacara Nguras Enceh (membersihkan genthong) masih banyak dipercaya memiliki tuah. Ratusan perempuan dan laki-laki yang tak muda lagi begitu bersemangat menaiki ratusan anak tangga di kompleks makam Raja-raja Mataram Imogiri, demi air itu.

Advertisement

Salah satunya, Saginem yang datang mencari air. Dia rela bermandikan peluh demi kesembuhan saudaranya yang menderita luka akibat ledakan tabung gas.

Sebagai salah satu upacara adat, nguras enceh (membersihkan genthong) di yang berada di kompleks makam Raja-raja Mataram Imogiri memang dipercaya membawa berkah. Air dari genthong dipercaya bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit dan tolak bala.

Advertisement

Sebagai salah satu upacara adat, nguras enceh (membersihkan genthong) di yang berada di kompleks makam Raja-raja Mataram Imogiri memang dipercaya membawa berkah. Air dari genthong dipercaya bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit dan tolak bala.

Hal itu juga yang dipercayai Saginem. Perempuan warga Timoho, Umbulharjo, Kota Jogja ini rela menempuh jarak puluhan kilometer untuk mendapatkan air kurasan enceh guna kesembuhan saudaranya yang menderita luka akibat terkena ledakan tabung gas.

Warga asli Imogiri yang saat ini tinggal di Jogja tersebut menceritakan, dia memang sudah lama sekali tak datang ke acara nguras enceh sejak terakhir sebelum menikah sekitar 20 tahun silam. Entah kenapa tahun ini hatinya seperti terpanggil.

Advertisement

Saginem pun rela menumpang bus dan sejak pagi tiba di kompleks makam Imogiri. Ia dengan semangat mendaki ratusan anak tangga demi mencapai tempat upacara.

Fisiknya yang sudah tak muda lagi ternyata tak menyurutkan niatnya. Meski terengah-engah, Saginem terus mendaki anak tangga demi anak tangga hingga sampailah ia di tempat acara.

Ia pun harus rela berpanas-panasan sambil menunggu rangkaian upacara mulai dari zikir sampai berdesak-desakan mendapatkan air. Hal itu dilakukannya demi mengambil air dari enceh yang dipercaya berkhasiat. Ia ingin memberikannya kepada saudaranya yang sakit.

Advertisement

“Ya katanya kalau percaya air ini berkhasiat, saya bawa tiga botol satu untuk saya biar awet sehat panjang umur, satu untuk anak saya, dan satu untuk saudara saya yang kena ledakan gas. Hampir empat kali operasi selama satu tahun sampai sekarang belum sembuh, saya kasihan,” ucap wanita berusia 65 tahun ini.

Pemandangan yang juga terlihat pada Tuminah, 61, warga Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, yang rela berjalan jauh hingga sampai di makam Imogiri. Dengan memakai jarit dan gendongan berisi berapa botol bekas, kaki-kakinya tak lelah berjalan.

Peluhnya terlihat begitu jelas menuruni pipinya yang mulai berkerut. Sesekali ia beristirahat menghela napas untuk terus mendaki tangga makam Imogiri.

Advertisement

Berbeda dengan Suginem, Tuminah tak punya tujuan khusus melakukan hal itu. Ia hanya ingin mendapatkan air untuk dirinya. Ia pun hanya berharap selalu diberi kesehatan dan umur panjang.

Pasangan suami-istri yang sudah tak muda lagi, Tugiran dan Samirah, juga rela naik sepeda dari Ringinharjo, Bantul, demi mencari air hasil nguras enceh. Tugiran yang masih lumayan kuat mendampingi sang istri naik turun ratusan anak tangga demi mendapatkan air tuah juga.

“Kalau kami setiap tahun memang sering ke sini. Kami ikut ngala berkah saja karena ini kan raja-raja kami. Air ini untuk persediaan kami, jika sakit bisa diminum dan juga tolak bala,” tegas dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif