Soloraya
Jumat, 7 Desember 2012 - 08:26 WIB

Angkut Pasir, Warga Bangak Andalkan Kuda...

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga di daerah Bangak Batan, Desa Bangak, Kecamatan Banyudono, Kabupaten mengangkut pasir ladu dari Kali Pepe dengan menggunakan kuda, Kamis (6/12/2012). (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)


Warga di Bangak Batan, Desa Bangak, Kecamatan Banyudono, Kabupaten mengangkut pasir ladu dari Kali Pepe yang berada di wilayah tersebut dengan menggunakan kuda, Kamis (6/12/2012). (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

Penggunaan tenaga kuda, mungkin sering ditemui warga dari usaha penyediaan jasa transportasi seperti dokar dan andong. Di Bangak Batan, Desa Bangak, Kecamatan Banyudono, Kabupaten tenaga kuda masih diandalkan untuk mengangkut pasir ladu dari Kali Pepe.

Advertisement

Seperti yang dilakukan Panto di lokasi 500 meter di sebelah timur Jembatan Tompen, Banyudono, Kamis (6/12/2012) siang. Dua kuda membantunya mengangku pasir ladu di pinggiran kali tersebut. Perut dua kuda itu dikalungi bronjong. Pasir diangkut kuda mondar-mandir dari kali menuju pinggiran jalan Bangak-Sambi, sekitar 500 meter jaraknya. Cara itu jelas lebih ramah lingkungan dibanding aktivitas pengambilan pasir di beberapa lokasi dengan bantuan truk.

Panto tinggal menuangkan pasir ke bronjong dan mengiring perjalanan kuda hingga tepi jalan. Sampai dilokasi pengumpulan pasir, Panto tinggal membuka alas bronjong secara membuka tali pengaitnya. Selebihnya, pasir secara rutin dikulak oleh beberapa orang dengan angkutan seperti truk dan pikup.

“Bisa ratusan kali bolak-balik,” tutur Panto kepada Solopos.com di sela-sela aktivitasnya di tempat itu.

Advertisement

Panto menjelaskan pasir ladu tersebut dipergunakan untuk pengurukan. Selain itu, terdapat pula pengguna pasir untuk dijadikan dasar sebelum pemasangan paving block. Berkah melimpah baginya jika terjadi luapan air yang cukup deras dari hulu kali. Pasalnya, Panto semakin tenang stok pasir aman.

Di bagian kali yang lebih rendah dari lokasi itu, masih ditemui budaya mandi warga. Sebagaimana dilakukan Suyati, 53, warga Bangak Ringin. “Setiap sore, masih banyak yang ke kali. Walau di rumah ada sumur, tapi mandi di kali lebih puas dan banyak temannya,” ujarnya.

Suyati mengaku tak keberatan atas aktivitas pengambilan pasir ladu dengan cara yang dipakai Panto. “Beda dengan pengerukan, ini kan tinggal mengambil ladu di pinggir sungai jadi tak menyebabkan air menjadi kotor,” imbuhnya.

Advertisement

Suyati yang sehari-hari berdagang makanan di dekat lokasi pengumpulan pasir Panto, menjelaskan pengambilan pasir dengan cara tersebut masih banyak dilakukan warga di sekitar Kali Pepe.  “Ada di bawah sana, masih banyak. Usaha itu seperti sudah turun menurun,” tukasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif