News
Rabu, 5 Desember 2012 - 19:23 WIB

Terjangan Topan Bopha: Jumlah Korban Tewas Menjadi 230, Ratusan Orang Hilang

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah warga mencari sisa-sisa barang mereka setelah rumah mereka hancur akibat tertimpa pohon setelah Topan Bopha menerjang Kota Cagayan de Oro City, Filipina selatan, Selasa (4/12/2012). (Reuters)

Sejumlah warga mencari sisa-sisa barang mereka setelah rumah mereka hancur akibat tertimpa pohon setelah Topan Bopha menerjang Kota Cagayan de Oro City, Filipina selatan, Selasa (4/12/2012). (Reuters)

MANILA – Korban tewas akibat Topan Bopha di Filipina meningkat menjadi sekitar 230 orang dengan ratusan orang lainnya dikhawatirkan hilang tertelan tanah longsor dan banjir, Rabu (5/12/2012).

Advertisement

Topan Bopha, dengan kecepatan pusat mencapai 120 km/jam dan hembusan hingga 150 km/jam, telah meluluhlantakkan kawasan resor di sepanjang pantai utara Palawan. Kerusakan terparah terjadi di kawasan pesisir, pertanian dan kota-kota pertambangan di Mindanao selatan, saat Bophal mulai menerjang pada Selasa (4/12/2012), menghancurkan rumah-rumah serta menyebabkan tanah longsor dan banjir bandang.

Gubernur Compostela, Arthur Uy, mengatakan air bah membawa lumpur dari pegunungan menyapu gedung sekolah, pengadilan, balai kota dan gedung pusat kebugaran kesehatan yang dijadikan kamp pengungsian darurat bagi warga. Jumlah korban tewas di provinsi ini mencapai 150 orang.

Advertisement

Gubernur Compostela, Arthur Uy, mengatakan air bah membawa lumpur dari pegunungan menyapu gedung sekolah, pengadilan, balai kota dan gedung pusat kebugaran kesehatan yang dijadikan kamp pengungsian darurat bagi warga. Jumlah korban tewas di provinsi ini mencapai 150 orang.

“Air datang begitu tiba-tiba dan tak terduga dan angin yang sangat kencang memperparah jatuhnya korban,” tutur Uy.

Kerugian pertanian dan infrastruktur di Provinsi Compostela Valley diperkirakan mencapai 4 miliar peso (US$ 98 juta), dengan angin topan menghancurkan 70-80 persen kawasan perkebunan, terutama perkebunan pisang untuk bahan ekspor, papar Uy.

Advertisement

“Hal terakhir yang dikatakan ibu saya adalah Aku mencintaimu,” kata Julius Rebucas, yang kehilangan ibu dan saudaranya saat banjir bandang melanda Compostela Valley.

“Ini sangat menyedihkan, saya tidak lagi memiliki keluarga,” imbuhnya.

Sementara, sebuah pos tentara di Lembah Compostela tertimbun lumpur dan air. Seorang tentara tewas dan lima lainnya hilang.

Advertisement

Komandan militer setempat, Mayor Jenderal Ariel Bernardo, mengatakan puluhan orang telah ditarik dari bawah lapisan lumpur dan sedang dirawat di rumah sakit setempat.

Sebuah rekaman video menunjukkan para korban yang berlumuran darah dan wajah mereka tertutup lapisan lumpur tebal, tengah mendapat perawatan di sebuah penampungan.

Sebagian besar daerah yang terkena tetap terisolasi karena listrik padam, kurangnya komunikasi serta jalan dan jembatan yang hancur. Helikopter mengangkut pasukan dalam operasi pencarian dan penyelamatan di kawasan itu.

Advertisement

Ribuan orang terpaksa bertahan di penampungan sementara para pejabat lokal meminta bantuan pakaian makanan, air dan baju hangat untuk keluarga pengungsi. Sekolah tetap ditutup dan puluhan penerbangan domestik dihentikan pada Rabu.

Sekitar 20 topan melanda Filipina setiap tahun, sering menyebabkan kematian dan kehancuran. Topan Washi menewaskan 1.500 orang di Mindanao, pada Desember 2011.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif