Lifestyle
Sabtu, 1 Desember 2012 - 01:17 WIB

Waduh, Sinetron Indonesia Sering Keliru Gambarkan Profesi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JAKARTA — Remotivi, lembaga pemantau tayangan televisi, mendapati temuan penggambaran profesi dalam sinetron memberi gambaran keliru dan tidak menghormati logika. Mereka meneliti empat sinetron yaitu Cinta Salsabilla, Putih Abu-Abu, Yusra & Yumna, dan Karunia.

“Cerita fiksi pun seharusnya mengacu pada realitas. Karena berada di ruang publik, sebuah tayangan harus menghormati logika,” kata Muhammad Heychael, koordinator divisi penelitian Remotivi, Jumat (30/11/2012).

Advertisement

Berdasarkan temuan mereka, profesi yang sering muncul adalah Pekerja Rumah Tangga atau PRT, satpam, dokter, dan sipir penjara.

Gambaran profesi dalam sinetron menurut Remotivi hanya sebagai atribut dan tidak punya makna penting dalam cerita.

Advertisement

Gambaran profesi dalam sinetron menurut Remotivi hanya sebagai atribut dan tidak punya makna penting dalam cerita.

“Penggambaran profesi yang demikian memberikan gambaran yang salah pada publik. Mempersempit referensi cita-cita,” kata Heychael.

Dia berpendapat sinetron seharusnya mengetengahkan profesi pada realitas.

Advertisement

Akibatnya, gambaran pekerja domestik yaitu PRT dan satpam bukan fokus pada profesi tapi pengabdian. Sinetron juga kerap menayangkan kekerasan simbolik, misalnya ketika sang majikan memarahi pembantu atau satpam dan si pekerja menerima saja karena menganggap diri mereka sendiri orang kecil.

“Itu yang berbahaya. PRT di kehidupan nyata misalnya, ingin mengangkat harkat derajat keluarga. Tetapi di televisi malah digembosi,” katanya.

PRT atau satpam digambarkan suka menguping pembicaraan orang, humoris, atau baik hati tapi hampir tidak ada penjelasan tentang tugas utama mereka.

Advertisement

Demikian pula gambaran profesi dokter dan sipir penjara yang menurut Heychael tidak sesuai dengan gambaran aslinya. Sinetron tidak menjelaskan mekanisme kerja dokter hingga bisa memberikan vonis kepada pasien.

“Dokter memberikan vonis yang sifatnya hitam-putih. Kita tidak diajarkan bagaimana bisa sampai ke situ,” paparnya.

Pengamat dan praktisi media Maman Suherman juga menilai penggambaran profesi dokter dalam sinetron kurang menyoroti perilaku dokter di dunia nyata.

Advertisement

“Begitu masuk televisi, jadi milik publik, maka tidak boleh membohongi publik,” kata Maman.

Remotivi mengemukakan tidak melihat penilitian tersebut mewakili keseluruhan sinetron yang diputar di Indonesia, tetapi ingin menunjukkan kecenderungan yang ada dalam sinetron.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif