Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Boyolali, Jumat (30/11/2012), satu dari tujuh penderita HIV/AIDS yang meninggal dunia itu masih berusia di bawah 15 tahun. Sementara dari 26 penderita lainnya yang masih hidup, dua di antaranya adalah bayi berusia masing-masing dua bulan dan tiga bulan dan tiga anak berusia di bawah lima tahun (balita).
“Rata-rata penderita yang masih bayi atau anak-anak sumber penularannya dari perinatal atau tertular oleh ibunya yang juga mengidap penyakit HIV/AIDS,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Boyolali, Achmad Muzayin, ketika ditemui wartawan di kantornya, Jumat.
Satu di antara penderita HIV/AIDS tersebut, ungkap Muzayin, sapaan akrabnya, berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Beberapa penderita lainnya antara lain berprofesi sebagai guru, buruh, sopir, pegawai swasta, wiraswasta, petani, pedagang, termasuk ibu rumah tangga (IRT).
“Jumlah penderita dari kalangan IRT ini merupakan yang terbanyak di antara kasus tersebut. Dan rata-rata para IRT tersebut merupakan pasangan dari pasangan risti [risiko tinggi],” katanya.
Muzayin menjelaskan sebagian penderita HIV/AIDS itu tertular penyakit tersebut akibat hubungan seksual bebas atau free sex, termasuk di antaranya perilaku heteroseksual.
“Tapi kalau dulu ada stigma bahwa penyakit tersebut akibat perbuatannya sendiri, khususnya para pelaku free sex, saat ini muncul stigma baru, bahwa pasangan dari pelaku free sex tersebut juga memiliki risti tertular penyakit tersebut,” terangnya.