Soloraya
Selasa, 27 November 2012 - 14:17 WIB

Bebek Mati Di Wonogiri Bertambah, Disnakperla Minta Diapkir

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ILUSTRASI (JIBI/SOLOPOS/Grafis/Galih Ertanto)

ILUSTRASI (JIBI/SOLOPOS/Grafis/Galih Ertanto)

WONOGIRI — Dinas Peternakan Perairan dan Kelautan (Disnakperla) Wonogiri meminta peternak mengapkir alias membuang semua unggas yang berada di lokasi kejadian kematian bebek di Dusun Ngelo, Desa Semin, Nguntoronadi.

Advertisement

Instruksi itu disampaikan melalui petugas teknis Disnakperla Kecamatan Nguntoronadi kepada peternak setempat, Selasa (27/11/2012). Sementara itu, hingga Selasa, kematian bebek akibat virus avian influenza (AI) masih terjadi.

Bahkan puluhan ayam kampung yang ada di lokasi yang sama juga ditemukan mati mendadak. Dengan demikian, total kematian unggas akibat flu burung di dusun itu menjadi lebih dari 300 ekor.

Petugas teknis Disnakperla Nguntoronadi, Sriyono, saat ditemui wartawan di Balai Desa Semin, Selasa, mengatakan telah menyampaikan instruksi untuk mengapkir unggas. Instruksi itu berlaku bukan hanya untuk unggas yang sudah tampak sakit melainkan semua unggas di lokasi setempat.

Advertisement

“Kandang harus dikosongkan, dibersihkan, diberi disinfektan dan didiamkan paling tidak 2-3 bulan untuk amannya,” ungkap Sriyono.

Menurutnya, upaya mengapkir unggas lebih menguntungkan dari pada menunggu saja. Sebab, bisa saja semua unggas mati. Apkir bebek bisa dilakukan dengan menjual bebek kepada pedagang dengan harga 50% lebih murah dibandingkan harga reguler. Jika saat sehat bebek dewasa dijual Rp35.000-Rp55.000/ekor, apkir bebek biasanya dihargai Rp22.000/ekor.

Langkah menjual bebek makin menjadi pilihan di tengah masih terjadinya kematian bebek dan ayam kampung. Sriyono menjelaskan kematian bebek biasanya diawali leher bebek kaku, mata berlendir sehingga sulit melihat dan jalan sempoyongan.

Advertisement

Umumnya, setelah mengalami gejala itu bebek akan mati dalam waktu kurang dari sehari. Total kematian bebek hingga Selasa mencapai sekitar 250 ekor dan ayam kampung 60 ekor.

Sementara itu, untuk bebek petelur, gejala terjangkiti virus AI tampak dari jumlah telur yang dihasilkan turun tajam. Sebelum terjangkiti AI, 100 ekor bebek biasanya bisa menghasilkan 60-80 butir telur.

“Tapi gara-gara virus flu burung, 100 ekor bebek paling hanya menghasilkan maksimal 15 butir telur,” imbuh dia.

Kepala Disnakperla Wonogiri, Rully Pramono Retno, membenarkan instruksi unggas di lokasi kejadian diapkir. Menurutnya, hal itu adalah langkah terbaik guna mencegah virus terus berkembang. Dia menjelaskan kandang harus dikosongkan paling tidak 1-3 pekan dan rutin disemprot disinfektan. Setelah itu, peternak bisa memulai beternak lagi dengan bibit baru.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif