Soloraya
Rabu, 21 November 2012 - 16:13 WIB

Kondisi Jembatan Penghubung Dua Desa di Selo Memrihatinkan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jembatan darurat penghubung dua dukuh di dua desa di Kecamatan Selo, Boyolali, terlihat memrihatinkan, Rabu (21/11/2012). Bangunan jembatan yang terbuat dari bambu itu sudah mulai lapuk, sementara jembatan permanen yang tadinya ada di lokasi itu sudah hancur tersapu material erupsi Gunung Merapi beberapa waktu lalu. (JIBI/SOLOPOS/Septhia Ryanthie)

Jembatan darurat penghubung dua dukuh di dua desa di Kecamatan Selo, Boyolali, terlihat memrihatinkan, Rabu (21/11/2012). Bangunan jembatan yang terbuat dari bambu itu sudah mulai lapuk, sementara jembatan permanen yang tadinya ada di lokasi itu sudah hancur tersapu material erupsi Gunung Merapi beberapa waktu lalu. (JIBI/SOLOPOS/Septhia Ryanthie)

BOYOLALI – Kondisi jembatan darurat penghubung dua desa di Kecamatan Selo, Boyolali, yaitu Dukuh Bangunsari, Desa Klakah, dengan Dukuh/Desa Jrakah, saat ini memprihatinkan. Bangunan jembatan yang terbuat dari bambu itu mulai lapuk termakan usia. Padahal selama ini, jembatan itu banyak dimanfaatkan warga karena dapat memperpendek jarak tempuh dari Dukuh Bangunsari menuju wilayah kota Kecamatan Selo. Jembatan yang melintang di Kali Juweh ini, merupakan jalan terdekat dari dusun itu menuju Pasar Jrakah dengan jarak sekitar satu kilometer.
Advertisement

Salah seorang warga Dusun Jrakah, Marwoto, menyebut bambu penyangga jembatan sudah banyak yang lapuk. “Memang masih bisa dilewati sepeda motor. Tapi harus hati-hati, apalagi kalau bawa barang berat, biasanya pengendaranya harus turun dan menuntun sampai ke seberang jembatan,” ungkap Marwoto yang juga seorang relawan Gunung Merapi, saat ditemui wartawan di Boyolali, Rabu (21/11/2012).

Marwoto menambahkan warga setempat rutin melakukan tambal sulam dengan bambu agar jembatan itu tetap dapat digunakan. Jalur lain yang bisa digunakan adalah melewati jembatan gantung. Namun untuk mencapai jembatan itu, warga harus memutar melalui Dukuh Bakalan dan Dukuh Sepi yang jaraknya mencapai lima kilometer.

Kepala Desa (Kades) Jrakah, Tumar mengungkapkan sebelum terjadi erupsi Gunung Merapi tahun 2010, di lokasi tersebut terdapat sebuah jembatan permanen. Namun jembatan tersebut hancur akibat diterjang banjir lahar dingin. Kondisi tersebut menyebabkan sekitar 400 jiwa di Dukuh Bangunsari sempat terisolasi. “Akhirnya dibuatlah jembatan darurat dari bambu. Saat terjadi banjir lahar dingin, beberapa kali jembatan itu hanyut. Setelah banjir lahar reda, warga kembali membangun jembatan darurat,” tutur Kades.

Advertisement

Ditambahkan Kades, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali pernah berencana membuat jembatan gantung yang menghubungkan dua dusun tersebut. “Tapi belum bisa terealisasi karena persoalan ganti rugi,” ungkapnya.

Ditemui terpisah, Bupati Boyolali, Seno Samodro mengakui belum terealisasinya rencana pembangunan jembatan itu. “Ya nanti kami coba negosiasi lagi dengan masyarakat setempat terkait ganti rugi tanah yang akan digunakan untuk membangun jembatan penghubung tersebut. Kalau warga mau, segera diupayakan untuk dibangun,” kata Bupati.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif