Lifestyle
Jumat, 16 November 2012 - 00:45 WIB

Ritual Gunung Kemukus Sragen Disalahartikan Menjadi Seks Bebas

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gunung Kemukus Sragen (Dok/JIBI/Solopos)

Gunung Kemukus Sragen

Sing sapa duwe panjongko marang samubarang kang dikarepake, bisane kelakon iku kudu sarono pawitan temen, mantep ati, kang suci, ojo slewang-sleweng. Kudu mindang-marang kang katuju cedhakno dhemene kaya dene yen arep nekani marang panggonane dhemenane.

Advertisement

Begitulah bait pesan yang diturunkan secara turun-temurun oleh sesepuh di Gunung Kemukus yang terletak di Desa Pendem, Sumberlawang, Sragen. Petuah itu menurut cerita merupakan pesan terakhir yang diucapkan oleh Pangeran Samudro, putra dari Raja Majapahit terakhir, sebelum mangkat menghadap Sang Pencipta.

Juru Kunci Makam Pangeran Samudro, Hasto Pratomo, 58, ketika ditemui Solopos.com, Kamis (15/11/2012), menuturkan nenek moyangnya dulu memberikan petuah lewat sanepan. Kata dhemenan yang terdapat di penggalan petuah, disalahartikan oleh pelaku ngalap berkah di makam Pangeran Samudro.

“Terjemahan yang beredar di sebagian masyarakat, kalau ziarah harus membawa dhemenan. Padahal kalau ditelaah artinya, kalau ingin ziarah ke makam, hendaklah bersungguh-sungguh seperti ingin menemui kekasih. Ritual asusila seperti itu sebenarnya tidak diajarkan, tapi disalahgunakan oleh beberapa pihak yang memiliki kepentingan,” jelasnya.

Advertisement

Ritual ngalap berkah di Gunung Kemukus melalui ritual berhubungan intim dengan lawan jenis yang bukan pasangan sahnya selama tujuh kali dalam waktu satu lapan, menurut Hasto, mulai terjadi sejak tahun 1970-an. Dia mengaku tidak lelah memberikan edukasi kepada peziarah sejak dirinya mulai menjadi juru kunci di tahun 1988, namun masih banyak yang melakoni ritual tersebut.

“Zaman kakek saya dulu belum ada tradisi seperti itu. Kalau yang diajarkan hanya datang, bersuci di Sendang Ontrowulan kemudian berdoa di makam. Tapi sekarang disalahartikan,” keluhnya.

Menurut Hasto, persepsi masyarakat juga perlu diluruskan terkait tradisi memohon keinginan di makam. “Ziarah di sini harusnya disamakan dengan ziarah ke makam wali. Seperti berkunjung ke makam penyebar agama Islam yang lain. Di sini kita hanya mendoakan Pangeran Samudro supaya kita dapat berkahnya. Bukan memohon rezeki lewat makam. Itu ajaran yang keliru,” tegasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif