News
Selasa, 6 November 2012 - 20:45 WIB

Krisis Eropa: Yunani Kembali Hadapi Mogok Nasional

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pengunjuk rasa menggelar aksi di luar gedung parlemen Yunani di pusat Athena, Selasa (6/11/2012). (Reuters)

Para pengunjuk rasa menggelar aksi di luar gedung parlemen Yunani di pusat Athena, Selasa (6/11/2012). (Reuters)

ATHENA – Ratusan ribu warga Yunani memulai pemogokan nasional selama 48 jam, Selasa (6/11/2012), sebagao proptes terhadap putaran baru pemotongan upah dan pensiun yang akan disetujui pelaksanaannya oleh parlemen sehari kemudian.

Advertisement

Pemungutan suara parlemen pada Rabu (7/11/2012) merupakan tes terbesar bagi pemerintahan Perdana Menteri Antonis Samaras. Pemerintahan Samaras sangat membutuhkan kemenangan atas pemungutan suara itu, demi mengamankan bantuan dari para kreditur luar negeri, sementara mereka gagal meyakinkan koalisi terkecil mereka dan publik Yunani untuk mendukung reformasi ekonomi tersebut.

Pemogokan nasional digagas dua serikat tenaga kerja terbesar di Yunani dan mewakili lebih setengah dari 4 juta jumlah tenaga kerja Yunani. Aksi ini mengakibatkan lumpuhnya transportasi publik dan penutupan sekolah-sekolah, bank-bank serta kantor-kantor pemerintah lokal.

Sebuah kerumunan yang terdiri dari sekitar 16.000 pengunjuk rasa, jumlah yang lebih sedikit dari aksi-aksi sebelumnya, berkumpul di luar gedung parlemen di Athena sambil melambaikan bendera, memukul drum dan meneriakkan yel-yel perjuangan.

Advertisement

Pemogokan kali ini merupakan yang terbesar ketiga dalam kurun waktu dua bulan terakhir, menentang reformasi dan kebijakan paket pemotongan anggaran publik. Banyak rakyat Yunani yang menganggap kebijakan itu hany amerugikan dan menekan kaum miskin, sebaliknya malah menguntungkan kelompok elite kaya, kelompok yang dituding penyebab resesi ekonomi Yunani.

“Itu langkah-langkah yang salah. Para politisi dan orang kaya tidak membayar pajak mereka dan satu-satunya cara adalah mereka harus membayar 300euro hingga 500 euro sebulan,” kata Dimitris Karavelas, 42, salah seorang demonstran yang telah terpaksa menutup perusahaan konstruksi kecil miliknya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif