Soloraya
Rabu, 31 Oktober 2012 - 19:39 WIB

Fasilitas Kesehatan di Boyolali Utara Minim, Tambahan RSUD Diusulkan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Asrama Haji Donohudan di wilayah Ngemplak menjadi salah satu pusat keramaian di kawasan ini, yang menjadi salah satu pertimbangan perlunya dibangun sebuah rumah sakit umum untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih memadai. (JIBI/SOLOPOS/Yus Mei Sawitri)

Asrama Haji Donohudan di wilayah Ngemplak menjadi salah satu pusat keramaian di kawasan ini, yang menjadi salah satu pertimbangan perlunya dibangun sebuah rumah sakit umum untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih memadai. (JIBI/SOLOPOS/Yus Mei Sawitri)

BOYOLALI – Minimnya fasilitas kesehatan di wilayah Boyolali Utara membuat warga di kawasan itu selama ini harus ke Solo atau Kartasura, Sukoharjo untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Karena itu sejumlah anggota DPRD Kabupaten Boyolali menggagas pembentukan rumah sakit umum daerah (RSUD) yang berlokasi di wilayah Kecamatan Ngemplak.
Advertisement

Menurut mereka, saat ini kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah itu belum terlayani secara optimal. Hal itu ditambah dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk di wilayah setempat. Anggota DPRD Boyolali, Agung Supardi mengemukakan selama ini, warga Kecamatan Ngemplak mendapatkan pelayanan kesehatan hanya dari satu puskesmas induk di Desa Pandean, yaitu Puskesmas Ngemplak I dan satu puskesmas pembantu di Dukuh Mangu, Desa Ngesrep.

”Lokasi puskesmas induk tersebut di Ngemplak bagian timur, sementara secara geografis, Kecamatan Ngemplak memanjang ke barat. Sehingga warga yang berada di bagian barat menilai lokasi puskesmas tersebut terlalu jauh,” ungkap Agung, Rabu (31/10/2012). Warga Ngemplak yang tinggal di wilayah perbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, menurutnya, lebih banyak memilih ke rumah sakit (RS) di Solo atau Sukoharjo (wilayah Kartasura) karena jarak yang dinilai lebih dekat. Kondisi itu, menurut dia, jika tidak dimanfaatkan oleh Pemkab Boyolali bisa berimbas pada perolehan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor kesehatan yang tidak meningkat. ”Karena warga Ngemplak tentunya lebih memilih ke RS Yarsis atau ke RS lainnya di Solo,” imbuh dia.

Tahun 2005, jumlah penduduk di Ngemplak sekitar 80.000 jiwa. Sementara tahun ini, pertumbuhan penduduk di wilayah itu mencapai 121.000 jiwa. Sehingga Agung memastikan kebutuhan akan pelayanan kesehatan juga bertambah. Sayangnya, hal itu tidak diiringi penambahan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti jumlah puskesmas juga harus ditambah.

Advertisement

Untuk itu, pihaknya mewacanakan agar di Kecamatan Ngemplak dibangun sebuah RSUD. Pembentukan ini berupa peningkatan status Puskesmas Ngemplak I menjadi RSUD. Sedangkan, puskesmas pembantu di Dukuh Mangu ditingkatkan menjadi pukesmas induk. ”Apalagi dengan adanya jalan tol Solo-Semarang nanti, wilayah kecamatan Ngemplak akan terbelah dua bagian. Kalau RSUD itu bisa terealisasi, RSUD itu berada di sebelah utara tol, sedangkan Puskesmas yang ada di Mangu berada di sebelah selatan tol. Jadi lebih dekat,” tandasnya.

Senada juga disampaikan anggota DPRD lainnya, Eka Wardaya. Namun diakuinya, peningkatan status Puskesmas Ngemplak I menjadi RSUD belum bisa dilakukan dalam waktu dekat ini. Yang dimungkinkan dapat dilakukan adalah peningkatan status puskesmas pembantu di Mangu menjadi puskesmas induk. ”Sedangkan Puskesmas Ngemplak I ditambah fasilitas rawat inap,” kata pria yang akrab disapa Yoyok itu.

Eka juga mengakui keberadaan RSUD di Ngemplak ini diperlukan. Selain untuk memenuhi kebutuhan akan layanan kesehatan menyusul makin pesatnya jumlah penduduk, wilayah tersebut juga terdapat embarkasi haji, sejumlah industri, serta berada di wilayah perbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kota Solo. ”Paling tidak, ini bisa menambah PAD,” tandasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif