News
Sabtu, 27 Oktober 2012 - 19:40 WIB

Waduh, Siswa Sekolah Menengah Rentan Alami Kekerasan Verbal dan Nonverbal!

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilsutrasi (bangka.tribunnews.com)

Ilsutrasi (bangka.tribunnews.com)

SLEMAN – Setidaknya dalam 6 bulan sekali, sebanyak 8% siswa yang duduk di bangku sekolah menengah mengalami kekerasan verbal dan non-verbal.
Advertisement

Dari riset yang dilakukan Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM di 4 kota besar, Solo, Semarang, Surabaya dan Malang untuk siswa SMA, SMK dan MA, diketahui sekitar 40% diantaranya menyatakan siswa memiliki mood negatif dilingkungan sekolah. Kepala CPMH FP UGM, Rahmat Hidayat menjelaskan dari 2000 responden yang dijaring secara random diketahui siswa juga mengalami kekerasan.

“Setidaknya 8 persen anak dari total responden setiap 6 bulan sekali mengalami kekerasan verbal dan non-verbal,” jelasnya. Kajian ini juga menemukan jika mayoritas kekerasan, sekitar 21,30% dilakukan oleh siswa laki-laki. Namun yang lebih mengejutkan, ada 8,60% siswa yang secara langsung meyaksikan gurunya melakukan kekerasan.

Ragam kekerasan, disebut Rahmat juga bervariasi, tetapi cemooh karena persoalaan fisik, baik bentuk tubuh atau warna kulit menjadi persoalan utama. Akibat perlakukan tersebut, terkadang siswa juga dikucilkan dari komunitas sehingga merasa tidak nyaman di sekolah. Sementara masalah kekerasan fisik, seperti pemukulan dengan sengaja dialami sekitar 12% siswa. Persoalan-persoalan ini, imbuhnya, akan semakin menjadi saat siswa berada di kelas 12. Pasalnya, murid-murid juga dituntut ganda. Lolos UAN sekaligus masuk PTN.

Advertisement

Pelajar SMAN 9 Jogja, Naufal Noorisa Ragadini mengakui dirinya memiliki pandangan bahwa sekolah sering memberikan tekanan yang berat. “Contohnya saja dengan label sekolah RSBI dan SBI. Ini cukup mempengaruhi siswa. Memang kami memiliki kebanggan bisa sekolah di tempat itu. Tapi kami maunya seluruh sekolah sama. Tidak ada diskriminasi,” jelasnya. Sebaliknya, ia berharap pola pendidikan Indonesia tidak terpaku dengan sistem. Melainkan membebaskan kreativitas siswa sehingga imajinasi tetap tumbuh sejalan dengan pemberian tanggungjawab.

Dosen Psikologi UGM, Haryanto menyampaikan permasalahan yang dialami remaja ini merupakan perwujudan rasa ingin tahu akan dunia yang baru. Dari sisi psikologis ini, ia menilai sudah selayaknya sekolah memberikan kebebasan bagi siswa melakukan apa yang diinginkan. Sementara, sekolah dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.

Hasil Survei Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM

Perasaan yang Dialami Siswa Terhadap Situasi Sekolah

Advertisement

Emosi negatif 41,50%

Ketidakpuasan 31,40%

Gangguang Fungsi 5,90%

Pelaku Tindak Kekerasan Siswa SMA dan SMK

Advertisement

Siswa Pelaku Tindak Kekerasan Seluruh jenis kelamin 13,60%

Siswa Pelaku Tindak Kekerasan jenis kelamin laki-laki 21,30%

Siswa Pelaku Tindak Kekerasan jenis kelamin perempuan 7,90%

Siswa yang Melihat Guru Melakukan Kekerasan 8,60%

Advertisement

Tindakan Kekerasan yang Dialami Siswa SMA dan SMK

Dipukul dengan senagaja 12%

Dipaksa mengerjakan PR teman 6%

Diminta uang paksa 3%

Dihina atau dikucilkan karena bentuk tubuh atau warna kulit 25%

Dipaksa melakukan sesuatu yang melawan hati nurani 11%

Advertisement

Diskriminasi karena agama dan kepercayaan 5,20%


Perilaku Negatif Siswa SMA dan SMK

Merokok 9%

Minum alkohol 4,70%

Mencoba merokok 33,20%

Mencoba minum alkohol 11,30%

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif