News
Rabu, 10 Oktober 2012 - 14:22 WIB

Intel Serius Garap Pasar Industri Kreatif

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Public Relations Manager Intel Indonesia, Dhyoti R Basuki, menjawab pertanyaan saat gathering Intel dengan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), di Omah Sinten, Rabu (10/10/2012). Intel berupaya mendorong kalangan UKM agar menggunakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas. (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Public Relations Manager Intel Indonesia, Dhyoti R Basuki, menjawab pertanyaan saat gathering Intel dengan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), di Omah Sinten, Rabu (10/10/2012). Intel berupaya mendorong kalangan UKM agar menggunakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas. (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

SOLO -— Intel terus berupaya memperkuat posisinya di pasar informasi teknologi (IT) Indonesia dengan memproduksi ultrabook, bekerja sama dengan beberapa merek seperti Acer, Axioo, HP dan Lenovo.

Advertisement

“Komputer ini cocok bagi orang yang sibuk bepergian, karena bentuknya yang tipis dan baterai tahan lama, sampai 9 jam,” papar Public Relations Manager Intel Indonesia, Dhyoti R Basuki, di sela-sela gathering Intel dengan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), di Omah Sinten, Rabu (10/10/2012).

Seiring dengan diluncurkannya produk tersebut, Intel kini juga aktif menggandeng komunitas dan kalangan industri kreatif untuk mengurangi kesenjangan digital di Indonesia. Menurut Dhyoti, Intel konsisten mempercepat penetrasi teknologi agar dapat menjangkau jutaan masyarakat Indonesia. Di Solo, Intel siap mengedukasi pengusaha batik agar pengusaha batik di Solo lebih melek teknologi.

“Harapannya, pekerjaan mereka dipermudah dengan teknologi,” ujar dia.

Advertisement

Dhyoti mengatakan, Intel juga terus mendorong kalangan UKM untuk mengadopsi teknologi agar mampu meningkatkan produktivitas. Tujuan akhirnya adalah untuk membuat Indonesia menjadi lebih terintegrasi dalam hal teknologi dan menjadi lebih kompetitif di pasar global.

Kabid IT FPKBL, Arif Budiman menyampaikan IT baru dimanfaatkan kalangan pengusaha batik di Laweyan tahun 2008.
“Strategi pemasaran mulai dilakukan lewat website, facebook dan jejaring lainnya di internet. Upaya ini pun signifikan meningkatkan tingkat kunjungan ke Kampoeng Batik Laweyan,” kata dia.

Tidak hanya untuk pemasaran. Penggunaan IT juga mulai merambah untuk kegiatan akuntansi, merekap data penjualan dengan lebih realtime dan IT juga mulai dimanfaatkan untuk kemudahan produksi batik.

Advertisement

Dia mengatakan, saat ini sudah ada 50% dari 90 pengusaha batik di Laweyan yang memanfaatkan IT untuk kelancaran usaha mereka. Mulai dari pemakaian terbatas hingga pemanfaatan penuh. Masih ada beberapa kendala sehingga belum semua pengusaha bisa memanfaatkan IT. “Salah satu kendalanya adalah keterbatasan modal dan sumber daya manusia (SDM) yang belum menguasai IT.”

Ketua FKBL, Alpha Febela Priyatmono menambahkan produksi batik berbasis IT bisa dilakukan untuk membuat motif terutama untuk motif batik cap. “Kami banyak terbantu karena saat ini sudah banyak beredar software motif batik. Dengan adanya IT, kerja kami banyak terbantu karena pesanan saat ini menuntut bentuk motif dan warna yang akurat.” Lewat IT pula, kata dia, memudahkan berkirim contoh produk dengan pelanggan.

Dhyoti melanjutkan edukasi kepada industri kreatif tidak hanya dilakukan di Solo. tetapi pernah di Surabaya, Medan, Balikpapan, Makassar, Jogja dan Jepara. “Program CSR kami memang lebih banyak edukasi.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif