Soloraya
Kamis, 4 Oktober 2012 - 16:14 WIB

MT I Mundur, Petani Diminta Ubah Pola Tanam Padi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gubernur Jateng Bibit Waluyo saat panen raya di Boyolali, Kamis (4/10/2012). (Septhia Ryanthie/JIBI/SOLOPOS)

Gubernur Jateng Bibit Waluyo saat panen raya di Boyolali, Kamis (4/10/2012). (Septhia Ryanthie/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI — Para petani diminta mengubah pola tanam padi, menyusul terlambatnya musim hujan  2012 ini. Jika musim tanam (MT) I biasanya dimulai Oktober, maka akibat keterlambatan musim hujan ini diharapkan para petani mulai menanam padi secara serentak November mendatang.

Advertisement

Demikian ditegaskan Gubernur Jateng, Bibit Waluyo, di sela-sela panen raya di Dukuh Ngeprek, Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Kamis (4/10/2012).

Mundurnya musim hujan tersebut, dijelaskan Bibit, berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan hujan mulai turun pada November mendatang.

Advertisement

Mundurnya musim hujan tersebut, dijelaskan Bibit, berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan hujan mulai turun pada November mendatang.

“Sesuai perkiraan BMKG tersebut, musim hujan mundur hingga November mendatang. Sehingga para petani diimbau untuk menyesuaikan kondisi tersebut dengan mengubah pola tanam padi. Kalau biasanya Oktober sudah mulai tanam, maka diharapkan penanaman padi secara serentak dimulai Novpember,” papar Bibit.

Bibit menambahkan dengan pola tanam padi serentak pada November tersebut, diharapkan dapat mengatur ketersediaan air untuk tanaman padi tersebut, sekaligus untuk kepentingan pengelolaan waduk-waduk besar di Jateng, di antaranya Waduk Kedung Ombo, Boyolali dan Gajah Mungkur Wonogiri. Di samping itu, penanaman padi serentak diyakini dapat mencegah serangan hama terhadap tanaman padi.

Advertisement

”Supaya tidak terjadi salah perhitungan dan menyebabkan air waduk habis, sementara hujan belum juga turun. Diharapkan dengan langkah ini waduk-waduk besar di atas dapat memberikan kontribusi yang efisien dan maksimal,” katanya.

Terkait pengaturan tersebut, Bibit meminta para kepala daerah, kepala dinas pertanian, Pengelola Sumber Daya Air (PSDA), Balai Besar, dan kelompok tani untuk berembuk bersama dalam menyiasati musim kemarau panjang ini.

“Ya supaya tidak sampai terjadi kewalahan dalam mencukupi kebutuhan air untuk pertanian,” terang Bibit.

Advertisement

Labih lanjut dia menjelaskan, pemunduran jadwal MT I ini tidak sampai mempengaruhi ketahanan pangan khususnya beras di Jateng. Pasalnya saat ini Jateng masih mampu swadaya beras sebanyak 2,9 juta ton. Selain itu, jika normalnya MT I masuk musim panen pada Januari, maka dengan kemunduran ini panen raya akan terjadi akhir Februari atau Maret.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Dipertanbunhut) Kabupaten Boyolali, Bambang Purwadi menyatakan pihaknya telah mengimbau agar para petani memulai masa tanam mulai November nanti.

”Dari kami sudah sampaikan kepada para petani, agar menunda penanaman padi karena menurut perkiraan BMKG, hujan mulai merata mulai November,” kata Bambang.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif