BOYOLALI — Kerusakan atap rumah warga akibat empasan kuat yang diduga berasal dari efek gas buang pesawat terbang di Bandara Adi Soemarmo Solo, kembali terjadi. Kali ini, peristiwa itu menimpa rumah warga Dusun Wangkis, Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Wiryo Slamet, 80, Selasa (2/10/2012) sore.
Ditemui di rumahnya, Rabu (3/10/2012), Wiryo menuturkan empasan angin yang sangat kuat itu tiba-tiba muncul saat ada pesawat terbang mendarat di bandara, melintas di atas rumahnya, Selasa sore.
“Saya sedang ngeteh [minum teh] di ruang tengah, tiba-tiba ada suara sreeet dua kali. Tahu-tahu genteng rumah saya jatuh dan berantakan seperti dihantam benda keras. Ada yang hampir menimpa kepala saya, tapi saya bisa menghindar. Tapi sebagian plafon rumah saya jebol,” ujar Wiryo kepada wartawan, Rabu.
“Saya sedang ngeteh [minum teh] di ruang tengah, tiba-tiba ada suara sreeet dua kali. Tahu-tahu genteng rumah saya jatuh dan berantakan seperti dihantam benda keras. Ada yang hampir menimpa kepala saya, tapi saya bisa menghindar. Tapi sebagian plafon rumah saya jebol,” ujar Wiryo kepada wartawan, Rabu.
Setelah itu, Wiryo mengatakan dirinya kemudian keluar rumah untuk mengecek dan terlihat beberapa genteng yang berada di penuwun rumahnya bagian belakang berantakan.
Diakuinya, kejadian seperti itu sudah beberapa kali dialaminya. Rumah Wiryo hanya berjarak sekitar 800 meter dari landasan pacu bandara tersebut, sehingga menurut dia, dirinya sebenarnya sudah terbiasa dengan suara deru mesin pesawat terbang.
Wiryo mengakui setelah dirinya melaporkan kejadian tersebut, pernah mendapatkan uang ganti rugi dari pihak bandara, namun nilainya tidak cukup untuk membiayai penggantian genteng dan ongkos pasang genteng.
”Ya kalau ada kerusakan lagi seperti ini, tentunya saya juga berharap ada ganti rugi dari pihak terkait,” katanya.
Berdasarkan pantauan pada saat ada sebuah pesawat terbang akan mendarat di Bandara Adi Soemarmo, Rabu pagi, gas buang pesawat dari proses pendaratan tersebut tidak secara langsung memunculkan empasan angin kencang. Namun beberapa saat setelah pesawat menghilang dari pandangan, tiba-tiba terdengar suara seperti kibasan senjata tajam dan sepintas terlihat ada empasan angin menimpa ujung beberapa pohon bambu yang kebetulan ada di kawasan itu.
”Empasan angin kencang tiba-tiba ini, yang sering menghancurkan genteng rumah warga. Ini sering terjadi saat pesawat landing [mendarat],” ungkap Kadus IV Desa Dibal, Aditya Kuncara Setyawan.
Aditya menjelaskan peristiwa genteng jatuh atau atap rumah warga yang rusak karena dugaan terkena dampak gas buang pesawat itu memang beberapa kali dialami warga di wilayah itu. Mengingat jarak dukuh yang dekat dengan ujung landasan pacu bandara.
”Kalau ada warga yang melapor, saya langsung menginventarisasi kerusakan yang ada,” katanya.
Aditya mengaku pihaknya juga sudah berupaya melaporkan kondisi ini kepada pihak terkait. ”Pemdes sudah melaporkan hal ini kepada pihak bandara namun belum ada tanggapan. Kami berharap ada kerjasama dengan pihak terkait agar prosedurnya tidak berbelit-belit,” harapnya.