Soloraya
Minggu, 30 September 2012 - 11:19 WIB

KRISIS AIR IRIGASI: P3A Nilai Jasa Tirta Tak Transparan Soal Ketersedian Air

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi penggunaan mesin diesel. (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Petani menggunakan diesel untuk mengambil air irigasi di colo barat. (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

SUKOHARJO — Ketua Induk Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Colo Timur, Sarjanto menilai Jasa Tirta kurang transparan soal ketersediaan air dan jadwal distribusi air dari Waduk Gajah Mungkur (WGM) ke saluran Colo Barat dan Timur. Akibatnya, para petani di dua aliran itu waswas tanaman padi mereka gagal panen.

Advertisement

Pasalnya debit air yang dijanjikan belum sesuai dengan kesepakatan awal. Pernyataan itu disampaikan Sarjanto yang akrab dipanggil Jigong seusai melihat kondisi WGM, Wonogiri, Sabtu (29/9/2012). Dia mengaku ke WGM Wonogiri bersama Ketua Induk P3A Colo Barat, Hardo, GP3A Wonogiri, Sugeng Sihono, GP3A Karanganyar, Sumarno dan GP3A Sragen, Guman, Jumat (28/9/2012).

“Kami sangat menyayangkan informasi awal yang disampaikan Jasa Tirta, kenapa tak transparan bahwa di WGM ada pengerukan alur sehingga distribusi air dilakukan malam hari. Mestinya Jasa Tirta memberitahu hal itu sejak awal,” ujar Sarjanto.

Menurutnya, akibat proyek pengerukan alur sungai di wilayah Kedungareng, Kelurahan Wuryorejo, Wonogiri distribusi air ke saluran Colo Timur dan Barat dilakukan malam hari. Diakui oleh Jigong, sedimentasi di WGM cukup tinggi sehingga menutup aliran air menuju intake. Agar air bisa mencapai intake, ujarnya, dilakukan pengerukan agar air mengalir ke intake.

Advertisement

Pengerjaan pengerukan dilakukan pada siang hari sehingga praktis distribusi air berhenti pada saat pengerjaan tersebut. “Air baru digelontorkan pada malam hari. Jadi petani harus lek-lekan menunggu aliran air. Volume sungai untuk mengalirkan air dengan lebar 20 meter dan panuang 900 meter. Kami juga melihat, pengerjaan saluran itu tak sungguh-sungguh karena hanya ada satu backhoe di lokasi, mestinya ada dua backhoe atau lebih agar petani bisa mendapatkan air.”

Jigong mengimbau para petani untuk memahami pekerjaan tersebut sehingga tidak saling berebut air. “Petani di atas jangan mencari menang sendiri, jika air yang dipergunakan sudah cukup hendaknya tak lagi menyedot air. Saat ini, kondisi debit air hanya 21 m3/detik. Sebanyak 4 m3 hingga 5 m3 diprediksi hilang di jalan. Ditambah lagi 2 m3/detik untuk perbaikan sehingga tinggal 14 m3/detik. Apabila dibagi ke Colo Barat dan Timur secara merata jangkauan air tidak sampai ke hilir. Jadi petani meski berhemat dan menyiapkan sumber air pengganti.”

Sementara itu, petugas dari Jasa Tirta, Jucab saat dihubungi mengatakan, ketersediaan air di WGM tidak menipis. “Di hulu masih tersedia banyak air namun yang menjadi masalah, di depan intake terblokir sedimen sehingga air tak sampai intake. Saat ini baru diupayakan untuk dibuka dengan membuat saluran tersendiri.”

Advertisement

Diakuinya, pembukaan air dilakukan malam hari karena siangnya digunakan untuk membuat saluran. “Jika dibuka siang, dikhawatirkan sedimentasi larut sehingga akan mendangkalkan saluran.”

Apakah air WGM juga digunakan untuk proyek sudetan? Jucab membantahnya. “Proyek sudetan tak mengurangi ketersediaan air.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif