Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Beberapa pedagang mengaku kesulitan saat harus naik ke los untuk menata dagangan. Salah seorang pedagang Pasar Selo, Samiyem, 60, mengaku senang pasar tersebut selesai dibangun dengan segala sarana dan prasarana yang ada. Namun dirinya mengaku sedikit kesulitan saat harus naik ke los yang ditempatinya. ”Kalau saya yang pakai jarik [kain] ya susah naiknya, ndadak cincing [harus diangkat kainnya],” tutur Samiyem.
Untuk bisa naik ke los, Samiyem mengaku biasanya harus dibantu pedagang sebelahnya. ”Ya saya biasanya minta tolong orang yang saat itu dekat dengan saya untuk dibantu kalau mau naik,” imbuh dia. Sementara pedagang lainnya, Sarni, 48, mengaku dengan menyusutnya ukuran los, dirinya kesulitan menggelar dagangan. ”Dulu saja sebenarnya masih kekurangan tempat untuk meletakkan barang dagangan. Apalagi sekarang ukuran los dipersempit,” ungkap Sarni.
Namun diakuinya, kondisi bangunan pasar yang baru saat ini jauh lebih nyaman dibandingkan sebelum dibangun. Menurutnya, pondasi bangunan pasar lebih kokoh karena menggunakan tiang baja dan lantainya dari keramik. ”Sebelum dibangun kan pasarnya rusak terkena dampak Merapi 2010 lalu,” imbuh Sarni.
Dihubungi terpisah, Jumat (21/9/2012), Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Boyolali, Haryono, menjelaskan pelaksanaan pembangunan Pasar Selo tersebut ditangani Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali. Sebab los pasar itu dibangun dengan dana rekonstruksi pascaerupsi Gunung Merapi 2010 lalu. Sementara, Kepala BPBD, Hasannudin, saat dihubungi, Jumat, ponselnya tidak aktif.