Soloraya
Selasa, 18 September 2012 - 18:08 WIB

REHAB MASJID AGUNG: BP3 Rekomendasi Atap Masjid Dirombak Total

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) bersama pengurus masjid, mengecek pembenahan renovasi Masjid Agung Solo, Selasa (18/9/2012). (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) bersama pengurus masjid, mengecek pembenahan renovasi Masjid Agung Solo, Selasa (18/9/2012). (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

SOLO–Tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) (sebelumnya dikenal BP3) Jawa Tengah menyimpulkan kerusakan pada atap serambi Masjid Agung Solo mencapai 100 persen. Oleh sebab itu, atap serambi Masjid Agung Solo bakal dirombak total oleh pekerja dibantu tim ahli pemugaran benda cagar budaya.

Advertisement

Berdasarkan pantauan, tim dari BPCB didampingi panitia kelompok kerja dan pengurus Masjid Agung mengecek lokasi pembenahan dan perombakan pada atap kuncung yang berada di sisi depan. Selain itu, tim turut ditunjukkan temuan paku mirip emas yang menancap pada saka guru (SG No 12).

Proses revitalisasi masjid turut melibatkan ahli konservasi, Suhardi, tenaga teknis terampil, Suwardi dan ahli kayu, Teguh.

“Sebenarnya ada dua paku dengan warna kuning keemasan yang menancap pada saka guru. Tapi satu buah dengan warna yang sama telah dicabut petugas renovasi tahun 1985-an. Hla ini sisanya belum dicabut dan ditemukan oleh pekerja,” jelas Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Pemugaran dari BPCB Jawa Tengah, Sudarno, saat ditemui wartawan, disela-sela pengecekan, Selasa (18/9/2012).

Advertisement

Kendati atap masjid perlu dirombak total, menurut Sudarno, namun pengerjaan harus mengedepankan prinsip kehati-hatian. Atap serambi masjid yang sebelumnya menggunakan sirap dari kayu ulin akan diganti dengan sirap metal roof.

“Semua bahan baku yang diganti harus dipertanggung jawabkan. Kami selalu memantau setiap kali pengerjaan dalam proses pembenahan Masjid Agung ini. Petugas yang dilibatkan selalu melakukan pendampingan dan pengawasan terus menerus,” papar Sudarno.

Sudarno menjelaskan secara keseluruhan belum bisa menyimpulkan prosentasi kerusakan pada bangunan masjid yang perlu direnovasi. Sebab, kata dia, diperlukan kecocokan data terkait nama bahan baku yang bakal dibenahi.
“Semisal saka ini perlu dibenahi, tim harus tahu namanya. Karena setiap saka punya nama berbeda. Penanganannya pun berbeda,” timpal ketua unit Candi Sewu BPCB Jateng, Siti Rohyani, di lokasi.

Advertisement

Lebih lanjut, Sudarno mengatakan proses revitalisasi Masjid Agung masih mengacu pada studi kelayakan pada era 1985-an. Pada tahun tersebut, kata dia, merupakan renovasi pertama sejak pembuatan masjid pada era Paku Buwono (PB) X (sekitar abad 18).

“Dalam setiap renovasi kami melakukan studi kelayakan. Nah, dalam revitalisasi tahun ini kami mengacu pada studi kelayakan versi lama. Tentu tak akan mengubah bentuk asli dari masjid. Kalau penambahan fasilitas memang ada, namun kami tidak berani bentuk masjid yang merupakan benda cagar budaya,” terang Sudarno.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif