Soloraya
Sabtu, 15 September 2012 - 01:55 WIB

KEMATIAN BAYI: Angka Kematian Bayi di Sragen Meningkat

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Triyono)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Triyono)

SRAGEN–Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman mengungkapkan berdasarkan data terakhir, angka kematian bayi di Kabupaten Sragen cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Advertisement

“Itu jadi koreksi kita bersama. Namun yang penting dokter dan bidan sudah berikhtiar semampunya. Kalau sudah diusahakan tapi meninggal, itu takdir,” jelasnya saat memberikan sambutan pada acara Peringatakan HUT ke-61 Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan Halalbihalal IBI Cabang Sragen di Gedung Kartini, Sragen, Selasa (11/9/2012).

Ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Jumat (14/9/2012), Kepala Bidang Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, drg Saptorini, mengungkapkan angka kematian bayi di Sragen cenderung fluktuatif. Kalau pun naik, hanya sedikit. Jika 2010 angka kematian bayi (AKB) sebesar 6,65/1.000 kelahiran bayi, 2011 meningkat menjadi 6,84/1.000 kelahiran bayi.

“Angka itu menunjukkan AKB di Kabupaten Sragen termasuk rendah. AKB di suatu daerah termasuk tinggi jika diperoleh angka 25/1.000 kelahiran bayi atau lebih,” ungkapnya.

Advertisement

Rendahnya AKB di Sragen, terangnya, salah satunya karena program deteksi dini kehamilan sudah dimulai. Jika di suatu daerah ada ibu hamil, bidan desa akan langsung mendata dan memeriksa kondisi ibu tersebut. Deteksi dini ibu hamil bertujuan untuk mendata apakah ibu hamil itu termasuk ibu hamil risiko tinggi ketika melahirkan, atau tidak.

Misalnya untuk mengetahui apakah ibu hamil itu menderita penyakit tertentu seperti asma yang bisa mengganggu persalinan. Bidan seharusnya juga mengetahui golongan darah ibu hamil itu dan siapa orang-orang yang bisa menyumbangkan darahnya ke ibu tersebut, jika saat persalinan membutuhkan tambahan darah.

“Di rumah ibu hamil, dipasang stiker P4K [Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi],” ujarnya.

Advertisement

Suami dari ibu hamil itu, ungkapnya, harus menjadi suami siaga. Yaitu suami yang sewaktu-waktu siap mengantarkan istrinya ketika membutuhkan pertolongan. Jika tidak memiliki mobil sendiri, ambulans desa harus disiagakan menjelang persalinan ibu tersebut. Jika tidak ada ambulans desa, tetangga yang memiliki mobil harus mau mengantarkan ibu hamil ke tempat persalinan.

Masalah nutrisi ibu hamil, terangnya, harus diperhatikan bidan desa ketika memeriksa kandungan. Selama hamil, seorang ibu harus memeriksakan kandungannya minimal empat kali.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif