Soloraya
Jumat, 14 September 2012 - 19:19 WIB

KEKERINGAN: Air Waduk Mulur Hanya Cukup untuk 1,5 Bulan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Waduk Mulur, Sukoharjo (JIBI/SOLOPOS/Lutfiyah)

Waduk Mulur, Sukoharjo (JIBI/SOLOPOS/Lutfiyah)

SUKOHARJO–Air yang tertampung di Waduk Mulur di Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, hanya mampu mencukupi untuk kebutuhan pengairan lahan pertanian hingga 1,5 bulan ke depan.

Advertisement

Koordinator Perwakilan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Bengawan Solo Wilayah Jlantah, Suwar, mengatakan saat ini volume air di Waduk Mulur lebih kurang 7.010 meter kubik. Jika dalam kondisi normal, maka air sebanyak itu maksimal bisa mengairi lahan pertanian seluas lebih kurang 51 hektare, hingga 1,5 bulan ke depan.

“Itu kalau tidak ada pengeringan di Dam Colo Timur. Biasanya kalau ada pengeringan, petani minta air dijatah,” ujar Suwar kepada Solopos.com, Jumat (14/9/2012).

Para petani, sambung Suwar, biasanya mengandalkan aliran dari Sungai Jlantah. Namun karena sungai tersebut kering, maka ada lahan yang tak teraliri air. Karena tidak mendapatkan air, akhirnya petani saat ini hanya mengandalkan air dari Waduk Mulur. Menurut Suwar, hingga kini pihaknya belum mendapatkan laporan terkait dengan lahan yang mengalami kekeringan.

Advertisement

Namun pihaknya mendapatkan laporan bahwa sejumlah sungai yang berada di wilayah Jlantah, seperti di Wonogiri, Sukoharjo dan sebagian wilayah Karanganyar bagian selatan, tidak ada air.

Lebih lanjut ia mengatakan, air yang berasal dari Lemahabang biasanya sebelum sampai di Sukoharjo sudah habis. Karena itu para petani yang berada di wilayah hilir tidak menanam. Di Karanganyar saja, kata dia, air hanya mengairi lahan sekitar dua hektare. Terlebih lagi beberapa bendung, seperti Bendung Sidomakmur sudah tak ada air.

Demikian halnya dengan Bendung Cangkring, Karanganyar, juga tak ada air. Karena itu lahan pertanian yang dialiri air dari bendung tersebut menjadi bera.

Advertisement

“Untuk lahan yang bera itu berapa luasnya, kami belum bisa menjurnal secara keseluruhan,” terangnya.

Bila ada tanaman milik petani, terutama padi, yang mengalami gagal panen karena kekeringan, kata Suwar, maka itu salah petani sendiri. Pasalnya jauh beberapa bulan sebelumnya pihaknya telah memberitahukan kepada petani bahwa akan ada kekeringan dan mengimbau untuk beralih pola tanam.

“Kalau masih ada petani yang nekat, ya tanggung sendiri akibatnya,” papar Suwar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif