Entertainment
Rabu, 12 September 2012 - 21:50 WIB

DEMAM MATAH ATI (I): Belajar Bahasa Jawa Hingga Tiket Rp750.000 Tak Sia-Sia

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Matah Ati

Matah Ati

Gelaran Matah Ati telah berakhir Senin (10/9/2012) lalu, tiga kali pentas sejak Sabtu (8/9/2012), Matah Ati telah mampu menyedot lima belasan ribu penonton di Pamedan, Mangkunegaran, Solo. Jumlah itu belum termasuk penonton yang menyaksikan lewat big screen yang sudah disediakan panitia.

Advertisement

Sejak Sabtu (8/9) hingga Sabtu (15/9) mendatang, Solopos.com menggelar kuis komentar terbaik Matah Ati. Lima komentar terbaik nantinya akan mendapatkan hadiah pulsa senilai @Rp100.000.  Hingga berita ini diturunkan dari 42 komentar yang masuk sebagian besar memberi penilaian positif atas gelaran yang disutradarai Atilah Soeryadjaya itu.

Tri dalam komentar yang diposting Selasa (11/9) lalu menilai sendratari yang merefleksika kembali sejarah Mangkunegaran itu sanggup membuai hatinya. “Matah Ati tak mematahkan (h)ati. Pertama kali melihat dan mendengar kata itu yang terlintas matah sama dengan patah, patah hati? Memanah hatikah? Itu yang bikin penasaran. Ternyata, Matah Ati adalah Istri Raja Mangkunegaran I.  Engkau begitu memukau! Makam Matah Ati ada di Astana Gunung Wijil, Kecamatan Selogiri, Wonogiri,” katanya.

Bayu R, dalam postingan komennya Rabu (12/9), mengatakan Matah Ati menunjukkan Kota Solo merupakan kota yang nyaman dan berbudaya. Gelaran itu membuka mata dunia, bahwa Solo bukan sarang teroris atau kota bom. “Seharusnya yang ingin berbuat teror atau onar di kota solo harus malu dan berpikir 1.000 kali bahwa Solo bukan tempat untuk itu. Dan warga Solo tidak akan terpengaruh dengan adanya teror.”

Advertisement

Dion, netter yang mengaku bukan warga Solo menilai sangat bangga dengan gelaran itu,. “Matah Ati sungguh jadi bangga dan cinta akan Kota Solo. Walaupun saya bukan asli Solo it feels like home,” komennya Selasa.

Gelaran Matah Ati juga membuat orang kesengsem dengan bahasa Jawa. Sara mengaku setelah nonton Matah Ati dia jadi ingin belajar bahasa Jawa krama inggil. Suyatno lain lagi. Dia mengakui selama tinggal 10 tahun di Solo dia tak pernah tahu sejarah Mangkunegaran. “Berburu tiket ternyata juga susah sudah banyak yang sold out. Tapi akhirnya saya dapat tiket. Sering lewat Istana Mangkunegaran, baru kali ini tahu sejarah Mangkunegaran dan siapa itu Matah Ati,” katanya.

Tri Widianto lewat postingannya Senin (10/9), menyebut harga tiket VVIP Rp750.000 yang dia beli sebanding dengan kepuasaan yang dirasakan. “Satu kata wow untuk Matah Ati dan Solo.” Bersambung

Advertisement

 

Advertisement
Kata Kunci : MATAH ATI
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif