Soloraya
Senin, 10 September 2012 - 21:30 WIB

Atap Rumah Warga Rusak, Angkasa Pura Petakan Kawasan Keselamatan

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - atap rumah warga yang rusak diduga terkena gas buang pesawat (Foto: Dokumentasi)

atap rumah warga yang rusak diduga terkena gas buang pesawat (Foto: Dokumentasi)

BOYOLALI– PT Angkasa Pura I telah memetakan sejumlah wilayah yang masuk dalam kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP). Manajer Operasi dan Teknik PT Angkasa Pura I, Tri Joko Wahyuono, Senin (10/9/2012), di ruang kerjanya mengatakan wilayah tersebut meliputi sebagian wilayah Desa Gagaksipat dan Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak.

Advertisement

Namun diakuinya, Desa Donohudan tidak masuk dalam KKOP. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sejumlah atap rumah warga di desa itu rusak diduga karena gas buang pesawat.

Dijelaskannya, wilayah yang masuk dalam KKOP, adalah wilayah dengan jarak 1 kilometer (km) di sepanjang landasan dan wilayah yang berjarak hingga 300 meter (m) di kanan-kiri landasan.

“Saat ini proses pembebasan lahan dan bangunan di kawasan KKOP itu sudah mencapai 80 persen,” terangnya.

Advertisement

Wahyu menyatakan sejauh ini pihaknya terbuka kepada warga sekitar bandara. Termasuk terhadap warga yang melaporkan kerusakan rumah yang diduga akibat efek gas buang pesawat itu. Namun dijelaskannya, pengajuan ganti rugi warga, hendaknya dilengkapi dengan keterangan dari pemerintah desa (Pemdes) setempat dan dilengkapi dokumen terkait, seperti izin mendirikan bangunan (IMB) dan sebagainya.

Terpisah, Kepala Desa Donohudan, Sutrapsilo Wibowo mengatakan pihaknya telah mengajukan permohonan resmi kepada PT Angkasa Pura I namun tidak ada tanggapan. “Kalau perusahaan itu bijaksana, seharusnya begitu mendapatkan laporan dari masyarakat, cek langsung ke lokasi dan menindaklanjuti. Tapi sejauh ini belum ada,” terangnya.

Di sisi lain, Sutrapsilo menilai seharusnya wilayah Desa Donohudan masuk dalam KKOP karena sangat berdekatan dengan bandara dan landasan.

Advertisement

“Sebab ada dampak secara psikologis terkait aktivitas pesawat di bandara dengan efeknya kepada masyarakat sekitar. Namun sejauh ini tidak ada program CSR [corporate social responsibilities] yang menyasar ke Desa Donohudan,” tandasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif