Soloraya
Sabtu, 8 September 2012 - 06:14 WIB

POLA TANAM: Tanam Padi Sering Gagal, Petani Pilih Tanam Tebu

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanaman tebu (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

ILUSTRASI (WAHYU DARMAWAN/JIBI/Bisnis)

SUKOHARJO–Petani di Desa Kaliapak, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, beralih cocok tanam dari padi ke bertanam tebu. Para petani beralih pola tanam ke tebu karena sering gagal panen padi. Hasil penanaman tebu juga lebih menjanjikan.

Advertisement

Salah satu petani di Desa Kaliapak, Suratno Kliwon, mengatakan sebelumnya ia memiliki lahan seluas empat hektare yang ditanami padi. Namun karena banyak padi yang gagal panen, maka pada awal tahun lalu ia mengalihfungsikan lahan miliknya menjadi lahan tanam tebu.

“Untuk satu hektare lahan bisa menyamai Rp65 juta. Itu keuntungan kotor. Keuntungan bersihnya sekitar Rp45 juta,” ungkap Suratno saat ditemui di rumahnya, Jumat (7/9/2012).

Ia mengaku baru kali ini menanam tebu. Hasil laba bersih Rp45 juta itu ia dapat dari penjualan tebu ke Pabrik Gula Tasikmadu, Karanganyar. Tebu yang ia tanam adalah jenis tebu bertunas satu. Dalam mengelola tanaman penghasil gula itu, ia mengaku sama sekali tak mendapatkan kendala. Untuk mengatasi masalah kekurangan air, selama ini ia tanggulangi dengan cara menyedot air di Sungai Dumpul menggunakan penyedot air.

Advertisement

Ia justru menyayangkan mesin giling padi di Pabrik Gula Tasikmadu yang masih rusak hingga 25 hari. “Petani jadi agak loyo karena mesin giling tebunya tidak bekerja,” ujarnya.

Ke depan ia setelah panen tebu untuk kali pertama, ia berharap agar tebu yang ditanamnya kelak bisa bertunas dua.

Hal senada juga diungkapkan petani lain, Sakiman Kartowiyono. Pada tahun ini sebagian lahannya masih ditanami padi jenis IR64 dan Mentik Wangi. Sedangkan sebagian lainnya ia tanami tebu. Untuk dua sak bibit padi, bisa menghasilkan Rp6 juta laba kotor. Sedangkan laba bersih yang ia dapat Rp4 juta.

Advertisement

“Sebenarnya hasilnya bagus. Tapi karena padi terus-terusan diserang wereng dan hama tikus, akhirnya saya menanam tebu juga,” kata Sakiman.

Menurut Sukiman, tikus yang menyerang padi sulit untuk dibasmi karena jumlahnya sangat besar. Apalagi sifat tikus yang menyerang secara bersamaan. “Kalau tikus biasa tak masalah, tapi ini tikusnya rombongan,” keluhnya.

Setelah menanam tebu di lahannya seluas 3.000 meter persegi, dia mendapatkan setidaknya laba kotor Rp15 juta dan laba bersih Rp13 juta.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif