Soloraya
Selasa, 4 September 2012 - 12:23 WIB

SEDIMENTASI: Petani Desak Pemerintah Keruk Waduk Krisak

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Waduk Krisak (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Waduk Krisak (JIBI/SOLOPOS/Dok)

WONOGIRI–Petani pengguna air Waduk Krisak mendesak endapan pada waduk yang telah mencapai hampir 5 meter dikeruk. Gara-gara endapan ini waduk kini kering dan hampir 300 hektare lahan pertanian di lima desa dibiarkan bera.

Advertisement

Ketua Gabungan Petani Pengelola dan Pemakai Air (GP3A) Sapta Rata Tirta Waduk Krisak, Heri Trismianto, mengatakan waduk yang berkepasitas 3,5 meter kubik (m3) tersebut mengering sejak sebulan ini. Ketinggian endapan yang mencapai 5 meter membuat kapasitas air susut hingga hanya 2,7 m3, sehingga memasuki masa tanam (MT) III air telah habis.

“Kalau saja endapan ini dikeruk mungkin masih ada sisa air yang bisa kami pakai di MT III ini,” sesal Heri, saat ditemui solopos.com di lokasi waduk setempat, Selasa (4/9/2012).

Advertisement

“Kalau saja endapan ini dikeruk mungkin masih ada sisa air yang bisa kami pakai di MT III ini,” sesal Heri, saat ditemui solopos.com di lokasi waduk setempat, Selasa (4/9/2012).

Heri sangat berharap pemerintah secepatnya mengeruk endapan di dalam waduk. Pasalnya, saat ini hampir 300 hektare lahan pertanian dibiarkan bera alias mengering tanpa diolah. Memang, dia mengakui, ada sebagian kecil petani yang memaksakan diri menanam lahan kering itu dengan palawija. Namun tingkat keberhasilan upaya ini juga kecil.

Menurutnya, hanya 15-20 hektar lahan yang bisa ditanami palawija berupa jagung, kedelai, dan kacang hijau.

Advertisement

“Biasanya di MT II, petani di desa saya bisa tanam sampai 50 hektar, tapi tahun ini hanya 30 hektar. Itu baru MT II, di MT III yang mulai bulan Juli lalu sama sekali tidak ada air,” kata Ketua Petani Pengelola dan Pemakai Air (P3A) Waduk Krisak Desa Jendi, Sutarno, menimpali.

Beruntung, Sutarno menambahkan, lahan di desa tersebut masih bisa ditanami palawija kedelai dan kacang hijau. Kebutuhan air untuk keperluan mengelola tanaman tersebut berasal dari air hujan dan pompanisasi air sumur. Seperti Heri, Sutarno juga berharap endapan di Waduk Krisak lekas dikeruk.

Sementara itu, Camat Selogiri, Bambang Haryanto, memastikan desakan petani untuk mengeruk endapan akan secepatnya ditindaklanjuti. Saat ini pihaknya tengah menyiapkan surat untuk dilayangkan ke Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) selaku pihak yang menangani persoalan tersebut.

Advertisement

Waduk Krisak sendiri dibuat tahun 1942. Waduk terakhir kali dikeruk pada tahun 1980-an. Namun pengerukan pada masa itu tidak maksimal.

Kini saat air mengering, beberapa warga memanfaatkan endapan di dalam waduk untuk bercocok tanam. Pantauan Espos di lokasi sebagian besar menanam jagung. Selebihnya, warga memanfaatkan endapan yang ditumbuhi rumput itu untuk mencari pakan ternak.

Bambang sebenarnya menyayangkan sikap itu. Namun sejauh ini pihaknya belum memiliki regulasi untuk mencegah ulah warga tersebut.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif