News
Kamis, 30 Agustus 2012 - 12:03 WIB

PILKADA DKI: Hasil Meleset di Putaran I, Lembaga Survei Kini Tak Umbar Publikasi Penelitian

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas menata kotak suara untuk pelaksanaan putaran II Pilkada DKI di Kantor Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. KPU DKI Jakarta mempercepat pendistribusian surat undangan untuk memberikan suara dalam Pilkada DKI Jakarta, Pendistribusian undangan tersebut dilakukan hingga dua pekan sebelum tanggal pemungutan suara pada Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Petugas menata kotak suara untuk pelaksanaan putaran II Pilkada DKI di Kantor Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. KPU DKI Jakarta mempercepat pendistribusian surat undangan untuk memberikan suara dalam Pilkada DKI Jakarta, Pendistribusian undangan tersebut dilakukan hingga dua pekan sebelum tanggal pemungutan suara pada Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

JAKARTA – Pakar politik Mochammad Nur Hasim mengatakan lembaga survei di Indonesia kini memilih bersikap berdiam diri atau cooling down pada putaran kedua Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 setelah sebelumnya di putaran pertama seluruh hasil survei meleset dari hasil penghitungan suara.
Advertisement

“Lembaga survei tetap melakukan survei untuk pemetaan internal saja. Jadi tidak untuk dipublikasikan,” kata Mochamad Nur Hasim, Kamis (30/8/2012). Peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu mengatakan meskipun hasil survei itu tidak dipublikasikan, bukan berarti lembaga survei trauma dengan kejadian pada putaran pertama. Hanya saja, lembaga survei memilih lebih hati-hati dalam memublikasikan surveinya.

Menurut Nur Hasim, publikasi lembaga survei pada putaran bisa jadi memang dimanfaatkan oleh kompetitor pada pemilihan gubernur untuk mempengaruhi agenda dan pilihan publik. Dengan hasil survei yang mengunggulkan salah satu calon, apalagi disebut-sebut akan menang satu putaran, maka diharapkan bisa mempengaruhi pemilih supaya memilih calon tersebut. “Belum adanya survei yang dipublikasikan menjelang putaran kedua ini bisa jadi karena adanya perubahan strategi politik antara dua pasangan calon yang bersaing dalam pemilihan gubernur,” katanya.

Menjelang putaran pertama Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 yang lalu, beberapa lembaga survei memublikasikan hasil surveinya yang hampir seluruhnya menyatakan kemenangan pasangan petahana, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Bahkan, salah satu hasil survei itu menyebutkan, pasangan Foke-Nara -sebutan untuk Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli- akan memenangi pemilihan gubernur dengan satu putaran.

Advertisement

Nur Hasim mengatakan hasil survei itu membuat kepercayaan diri Foke sangat tinggi sehingga dia tidak melakukan strategi pendekatan secara besar-besaran atau masif kepada pemilihnya. “Tampaknya saat ini sudah ada perubahan strategi baik dari pihak Foke maupun Joko Widodo. Hasil survei sudah digunakan lagi sebagai bagian strategi politik untuk menggalang dukungan dari pemilih,” katanya.

Hasil penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta menyatakan putaran pertama dimenangi pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dengan 1.847.157 suara (42,60 persen) disusul pasangan Foke-Nara dengan 1.476.648 (34,05 persen).

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif