Jogja
Rabu, 29 Agustus 2012 - 09:09 WIB

Kali Progo Tanpa Tanggul Pengaman, Warga Banjarsari Khawatir

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

KULONPROGO—Warga Desa Banjarasri Kalibawang mengkhawatirkan kondisi tepi kali Progo yang hingga kini tidak dibangun tanggul pengaman. Mereka trauma setelah sebelumnya sempat terdampak banjir lahar dingin saat erupsi Merapi.

Ketua Gapoktan Asri Lestari Desa Banjarasri, Nugroho Eko Santoso mengungkapkan akibat banjir lahar dingin di Kali Progo, lahan persawahan di empat dusun meliputi Dusun Ganasari, Kisik, Paras dan Kepiton, tertimbun pasir vulkanik. “Sampai saat ini belum bisa diolah lagi,” ungkapnya belum lama ini.

Advertisement

Areal persawahan itu berada di tepi Kali Progo. Batas antara sungai dengan sawah bahkan sudah tidak tampak lagi karena tertutup pasir. Jika terjadi banjir lahar dingin susulan, maka arus material vulkanik Merapi dipastikan akan meluap ke persawahan lagi. Akibatnya, warga belum berani mengolah sawah mereka, karena khawatir diterjang banjir susulan.

Eko mengungkapkan, seharusnya ada upaya pengamanan atas ancaman banjir ini, yakni dengan membangun tanggul. Hal ini seperti dilakukan di beberapa titik di sisi timur Kali Progo yang berada di wilayah kabupaten Sleman. Tanggul dari beronjong dibangun untuk mengamankan areal tepi sungai.

Kepala Desa Banjarasri Toto Subroto membenarkan hingga saat ini belum ada upaya pengamanan dari ancaman banjir lahar dingin. “Di Sleman sudah dibangun tanggul, tapi mengapa di wilayah kami belum?” katanya.

Advertisement

Padahal, menurutnya keberadaan tanggul menjadi syarat utama bagi petani untuk bisa mengolah sawah mereka. Jika ada tanggul, petani akan merasa lahan mereka aman dari luapan banjir sehingga bisa mengolah sawah mereka. Upaya pembangunan tanggul telah dilakukan dengan mengajukan ke Pemkab, namun belum juga direalisasikan.

Kadus Ganasari, Mardani mengungkapkan seharusnya pembangunan tanggul menjadi prioritas untuk memulihkan kegiatan ekonomi masyarakat setempat yang mayoritas menjadi petani. “Sudah beberapa kali ada petugas dari pusat maupun daerah yang meninjau lokasi, namun sampai saat ini tidak ada kelanjutan penanganan,” ujarnya.

Akibatnya, menurut dia, warga setempat kini banyak yang menganggur. Sejumlah bantuan telah dikucurkan Pemerintah seperti bantuan beras dan usaha ternak, namun tidak bisa menjadi sumber pendapatan dalam jangka waktu lama. 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif