Tokoh
Senin, 27 Agustus 2012 - 08:59 WIB

NUNUNG: Pantang Menyerah

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Komedian Nunung bersama July Jan Sambiran saat acara kumbokarnan di daerah Sumber, Solo, Rabu (22/8) malam. Pernikahan keduanya rencananya dilangsungkan Kamis (30/8) mendatang. (FOTO: Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Komedian Nunung bersama July Jan Sambiran saat acara kumbokarnan di daerah Sumber, Solo, Rabu (22/8/2012) malam. Pernikahan keduanya rencananya dilangsungkan Kamis (30/8/2012) mendatang. (FOTO: Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Malam kian larut. Jarum jam di rumah Tri Retno Prayudati atau akrab disapa Nunung menunjukkan pukul 23.00 WIB. Puluhan orang masih berada di rumah Nunung di belakang Lapangan Sumber, Banjarsari, Solo.

Advertisement

Nunung bergabung dengan sembilan lelaki untuk membahas persiapan pernikahannya yang akan berlangsung Kamis (30/8). Sesekali, perempuan yang kembali naik daun lewat Overa van Java (OVJ) ini terlihat tertawa karena ada pembicaraan yang lucu.

Beberapa kali, anak ketiga pasangan suami istri Juarti dan almarhum Pranowo itu terlibat pembicaraan serius. Nunung dan panitia mendiskusikan banyak hal mulai soal undangan pernikahan, tamu-tamu yang diundang, kostum dan sebagainya.

Malam itu, perempuan kelahiran Solo, 5 April 1964 mengenakan setelan berwarna hitam. Dengan sapuan kosmetik yang tipis, alumnus SD Manahan 47 Solo tersebut wajahnya terlihat lebih ceria. Jika dibandingkan pada Senin (20/8) siang, ada perubahan drastis pada wanita yang juga sempat mengenyam pendidikan di SD Kerten 5 Solo itu.

Advertisement

Senin lalu, tamatan SMP Taman Dewasa Solo itu masih terlihat letih. Nunung menempuh perjalanan kurang lebih 24 jam dari Jakarta ke Solo. Waktu itu, dia belum bersedia ditemui karena masih kelelahan.

Saat acara kumbokarnan Kamis lalu, Nunung lebih tampak semangat meski banyak aktivitas mempersiapkan berbagai hal menjelang pernikahannya. Kumbokarnan adalah istilah Jawa yang berarti rapat panitia pernikahan.

Ia pun berkenan menerima Espos walaupun jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB. Obrolan pun mengalir dan Nunung banyak bercerita tentang masa kecilnya.

Pelawak yang sempat bergabung dengan grup lawak Srimulat itu mengaku mulai bekerja sejak usia sembilan tahun. Nunung menyanyi dari kampung ke kampung. Dia juga ikut bermain ketoprak.

Advertisement

“Keluarga besar saya banyak yang punya bibit seni. Mbak Jujuk [Jujuk Juariah, anggota Srimulat] juga masih saudara. Dia bulik saya.  Ibu saya seorang penari dan eyang kakung [Panuju Atmo Sunarto] dulu pimpinan karawitan Surakarta [Solo]. Kebanyakan jadi penyanyi,” paparnya.

Nunung menuturkan dirinya tidak sempat mengenyam pendidikan tinggi karena kondisi keluarganya yang miskin. Ia lebih memilih bekerja untuk membantu orangtuanya agar keluarganya tetap bisa makan.

“Jadi orang miskin itu enggak enak banget. Kalau ada keluarga yang kaya, kami jadi bahan ledekan. Rasanya sakit hati ketika adik dijadikan ledekan. Masa kecil saya serba kekurangan. Saya bersumpah suatu saat harus bisa jadi orang yang berhasil,” jelasnya.

Ibunda Bagus Permadi, Muhammad Cahyo Anggoro Putra dan Alma Mailan itu merasa sangat bersyukur. Allah mengizinkan dirinya meraih kesuksesan lewat dunia seni. Semua yang diraihnya saat ini bukan semudah membalikkan telapak tangan. Jatuh bangun dilalui Nunung dalam menggeluti profesinya sebagai komedian. Dia bukan tipe orang yang cepat putus asa.

Advertisement

“Menjadi Nunung seperti sekarang butuh perjuangan dari awal. Jatuh bangun dan terpuruk sudah saya lalui,” ucapnya.

Kerja kerasnya telah membuahkan hasil. Namanya melejit ketika dia berakting lewat sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Ia pernah meraih penghargaan sebagai Pemeran Komedi Wanita Terfavorit pada Panasonic Award tahun 1999.

Kini, Nunung sudah meraih apa yang diimpi-impikan. Menjadi orang sukses. Dia dikenal di berbagai pelosok wilayah. Ia menyatakan bukan ingin dendam dengan orang yang pernah menghina keluarganya.

Dia pun tak mau menghina orang lain yang kondisi ekonominya kurang mampu. Nunung sangat berharap bisa berbagi kepada orang-orang yang kurang mampu.

Advertisement

“Hidup jangan melihat ke atas terus. Lihatlah ke bawah juga,” imbuh penggemar makanan pedas dan karak itu.

Nunung yang lebih banyak hidup di Jakarta selalu berupaya menjaga hubungan baik dengan tetangganya di Solo. Ia selalu mewanti-wanti kepada keluarganya kalau ada undangan orang punya gawe atau hajatan supaya bisa datang.

Ia menyatakan sebenarnya jika ada kesempatan ingin sekali bisa memenuhi undangan dari tetangga-tetangganya. Namun, karena kondisi yang kurang memungkinkan, ia hanya bisa menitipkan kepada adik-adiknya.

“Kita hidup bertetangga yang paling penting adalah menjalin hubungan baik. Saudara kita yang terdekat terutama tetangga,” lanjutnya.

Apa yang dikatakan Nunung bukan hanya omongan. Saat Espos bertemu Senin lalu, dia bersalaman dengan para tetangga yang menemuinya. Sewaktu ada seorang petugas Linmas datang dan menyalaminya, Nunung juga menerimanya dengan baik.

Kedekatannya dengan tetangga juga dibuktikan mantan istri Daniel Setyadi [suami pertama] dan Rohani Widodo [suami kedua] itu di dalam merencanakan perhelatan pernikahannya yang ketiga. Nunung memutuskan menggelar acara nikahnya bersama Iyan Sambiran di Lapangan Sumber.

Advertisement

“Sebenarnya lebih praktis menikah di gedung. Kalau di rumah malah ribet. Tapi saya ingin melibatkan tetangga,” urainya.

Nunung sangat berharap rumah tangganya dengan Iyan bisa langgeng. “Tidak ada orang menikah yang ingin perceraian. Perceraian, maut dan rezeki itu rahasia Allah,” tegasnya.

Advertisement
Kata Kunci : Menyerah Nunung Pantang
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif