Soloraya
Senin, 27 Agustus 2012 - 08:30 WIB

DESA BLUMBANG: Sate dan Tongseng Jadi Andalan

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tugu Sate Tongseng yang berdiri di perempatan Dukuh Glagahombo, Desa Blumbang, Kecamatan Klego, Boyolali. Tugu ini menjadi kebanggaan desa setempat. Foto diambil beberapa waktu lalu. (Farida Trisnaningtyas/JIBI/SOLOPOS)

Tugu Sate Tongseng yang berdiri di perempatan Dukuh Glagahombo, Desa Blumbang, Kecamatan Klego, Boyolali. Tugu ini menjadi kebanggaan desa setempat. Foto diambil beberapa waktu lalu. (Farida Trisnaningtyas/JIBI/SOLOPOS)

Tugu sate tongseng yang berdiri megah di perempatan Dukuh Glagahombo, Desa Blumbang, Kecamatan Klego, Boyolali menjadi simbol kebanggan warga. Monumen itu berupa sebuah patung Semar dan Gareng. Di depannya terdapat pikulan yang biasa digunakan untuk jualan makanan keliling. Sang Semar mengacungkan jempol tangan kanannya. Sementara Gareng, tangannya memegang piring dan sate.

Advertisement

Monumen ini diresmikan oleh Bupati Boyolali, Seno Samodro pada 11 September 2010. Sekretaris Paguyuban Ikatan Kerukunan Keluarga Glagahombo (IKKG) Blumbang, Klego, Purwanto menuturkan, monumen ini merupakan hasil karya masyarakat setempat. Dananya berasal dari iuran warga. Pembangunannya menghabiskan dana Rp150 juta.

Adanya monumen ini bukan tanpa alasan. Tugu kebanggaan ini adalah representasi masyarakatnya yang mayoritas warga dari dukuh ini berprofesi sebagai penjual sate dan tongseng. “Warga di sini awalnya hidup dari bercocok tanam. Akan tetapi, mereka kemudian beralih dengan menjual sate dan tongseng,” katanya beberapa waktu lalu.

1.000 Penjual Sate

Advertisement

Menurutnya, profesi sebagai penjual sate dan tongseng menjadi berkah tersendiri bagi warganya. Dulunya, warga mengandalkan hidup dari bercocok tanam saja dan sangat susah. Sekarang mereka umumnya berjualan sate tongseng sembari tetap bertani.

Jumlah warga yang jualan sate dan tongseng ini mencapai ribuan. Mereka berdagang sate dan tongseng yang tersebar di berbagai wilayah seperti di Boyolali, Soloraya hingga ke Jakarta, Sumatra dan Kalimantan. Jualan sate dan tongseng ini dirintis kali pertama oleh warga bernama Mbah Jumiran tahun 1960an. Warga asli Klego ini merintis usaha ini di Jakarta. Usahanya terus berkembang dan menular ke  anaknya yang berjualan di Solo. Kesuksesan yang diraih Jumiran ini akhirnya diikuti oleh saudara dan warga lainnya.

“Di wilayah Jabodetabek ada sekitar 500 kios sate dan tongseng. Sedangkan penjualnya ada sekitar 1.000 orang termasuk yang masih jualan keliling,” imbuhnya.

Advertisement

Menurutnya, kesuksesan jejaknya dalam berjualan sate dan tongseng ini diikuti warga lain asal Blumbang, Klego. Oleh karena itu, sebagai wujud kebanggaan ini, warga kemudian membangun monumen sate tongseng. Salah satu warga, Tarno menambahkan, ia berjualan sate tongseng di Wonogiri. Ia merintis usahanya itu sejak 2011 lalu dan kini diteruskan oleh anaknya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif