Sebagaimana yang terjadi di sejumlah wilayah, sepekan Lebaran, biasanya diperingati dengan istilah bakdo kupat. Warga lazimnya membuat ketupat dalam momen tersebut. Namun warga Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali memeringati momen itu dengan cara unik.
Seperti yang terjadi pada Minggu (26/8/2012) pagi. Warga berbondong-bondong angon atau membawa keluar sapi perah menyusuri jalanan kampung. Hal itu merupakan upaya mereka melestarikan tradisi sepekan Syawalan atau sepekan Lebaran.
Sapi-sapi perah yang merupakan andalan bagi sendi perekonomian mereka dikeluarkan dari kandang sebagai rasa syukur. Sapi-sapi itu dikalungi dengan bandul ketupat. Ketupat juga diberikan kepada sapi untuk dimakan.
“Kupat berarti mengaku lepat [mengaku mempunyai kesalahan]. Selain bersilaturahmi sesama warga, kami mempertemukan sapi sebagai simbol mata pencaharian kami,” terang Ketua RT 003/RW 004, Mlambong, Suhar, 47, di sela-sela mengikuti tradisi itu kepada Solopos.com.
Selain itu, lanjut dia, warga melakukan tradisi itu sebagai rasa syukur. Warga berangkat dengan harapan hewan ternak mereka diberi keselamatan dan kesehatan agar terus lancar menjadi penghasilan andalan. Tradisi itu, lanjut peserta lainnya, Eko, 40, dimulai dengan acara kenduri. Setelah itu, sekitar pukul 07.00 WIB, warga mulai mengeluarkan sapi-sapi ternak. Selain sapi, terdapat pula warga yang ikut menyertakan kambing ternak.