BOYOLALI--Embung yang berada di Desa Musuk, Kecamatan Musuk mengalami kebocoran untuk kali kedua. Akibatnya, embung seluas sekitar 2 hektare ini mengering.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Boyolali pun belum belum bisa memanfaatkan embung itu untuk menampung air hujan. Kebocoran ini membuat PDAM harus menunggu hingga tahun depan untuk memanfaatkannya. Pasalnya, embung berkapasitas 250.000m3 ini kering kerontang.
Direktur PDAM Boyolali, Cahyo Sumarso mengatakan, kebocoran terjadi pada membran yang ada di dasar embung. Hal ini terjadi diduga karena membran terkena pecahan batu akibat tekanan air.
“Air yang sudah masuk ke embung meresap ke tanah dan habis. Alhasil, pengisian air tidak bisa maksimal,” katanya saat ditemui wartawan di kantornya, Kamis (23/8/2012).
Rugi
Ia menjelaskan, perbaikan kebocoran itu dilakukan oleh kontraktor. Meskipun, masa pemeliharaan embung sebenarnya sudah habis. Akan tetapi, ada jaminan dari kontraktor untuk melakukan perbaikan. Cahyo mengaku sudah melaporkan kebocoran embung Musuk ini ke Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS) selaku pemilik proyek.
Ia berharap, kerusakan embung ini dapat segera diperbaiki. Sehingga pada musim penghujan mendatang dapat digunakan untuk menampung air hujan. Menurutnya, jika embung tidak bocor maka debit air bisa mencapai 70%-80% dari total kapasitas 250.000m3. Cahyo mengakui kerugian akibat ini cukup signifikan. Hal itu bisa dihitung dengan harga air bersih PDAM kepada pelanggan senilai Rp3.000/m3. Selain itu, pihaknya juga rugi karena waktu pembuatan embung molor.
“Embung ini direncanakan untuk melayani 3.000 sambungan baru atau sekitar 20.000 jiwa. Nantinya akan mampu mencukupi kebutuhan air bersih selama 6 bulan saat musim kemarau,” imbuhnya.