Soloraya
Jumat, 17 Agustus 2012 - 09:13 WIB

SALAT IDUL FITRI, Demi Ketenteraman, Bunyi Lonceng dan Misa Diundur

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

WONOGIRI-Demi menjaga ketenteraman beragama di Wonogiri, umat katolik Santo Yohanes Rasul, Wonogiri mengundurkan jadwal misa dan bunyi lonceng gereja. Selain itu, umat katolik juga mempersilakan halaman gerejanya dipergunakan untuk parkir jika lokasi parkir di sekitar Alun-alun Giri Krida Bakti, Wonogiri tidak cukup.

Advertisement

“Umat Katolik Wonogiri juga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri mohon maaf lahir dan batin, semoga Tuhan selalu melimpahkan taufik dan hidayahnya kepada bangsa kita tercinta. Sebagai rasa solidaritas sesama umat beragama, pada Minggu (19/8) jadwal misa dan bunyi lonceng di gereja diundur karena bersamaan dengan Salat id yang dilakukan umat muslim,” ujar Pengurus tim kerja Hubungan Antar Keagamaan (HAK) Paroki Wonogiri, Liliek Dwi Sularyanto, Kamis (16/8).

Dijelaskannya, bunyi lonceng gereja sebagai tanda sembahyang pagi biasa dilakukan jam 06.00 WIB namun pada Minggu besok akan dilakukan pukul 08.00 WIB. Menurutnya, bunyi lonceng diundur karena misa pertama juga diundur dan dimulai pada pukul 08.30 WIB. “Biasanya, misa pertama dilakukan pukul 07.00 WIB tetapi diundur pada pukul 08.30 WIB untuk menjaga kekhusyukan umat muslim dalam beribadah Salat Id.”

Lebih lanjut Liliek, menyatakan pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan personal polres, ormas pemuda keagamaan di Wonogiri dan Lembaga Pemberdayaan Kerukunan Umat Beragama (LPKUB) Wonogiri untuk bekerja sama dalam mengamankan situasi lingkungan. “Umat muslim yang  membawa kendaraan bisa diparkir di halaman gereja katolik. Keamanan kendaraan akan dijaga oleh para pemuda katolik/gereja.”

Advertisement

Terpisah, Ketua YKUB Wonogiri, H Nurhadi Syafei, menyatakan, sikap umat non-Islam itu harus didukung agar ketenteraman Wonogiri terjamin. “Sikap tersebut perlu ditiru oleh semua pemimpin agama di Indonesia. Sikap umat non-Islam itu merupakan perwujudan sila ketiga Pancasila, bahwa Persatuan Indonesia dan menjaga NKRI. Jika perlu, umat muslim juga melakukan penjagaan di lingkungan tempat ibadah umat lain sewaktu merayakan hari raya.”

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif