Jelajah
Minggu, 12 Agustus 2012 - 10:14 WIB

WISATA: Nirwana di Negeri Guilin

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sungai Li Yuw (Yusuf Waluyo Jati/JIBI/Bisnis Indonesia)

Salah satu pesona wisata di Guilin (Yusuf Waluyo Jati/JIBI/Bisnis Indonesia)

Guilin adalah sebuah kota kecil di Provinsi Guangxi, China, yang usianya sekitar 2.000 tahun. Di balik peninggalan sejarah dan peradabannya, kota ini ternyata menyimpan sepenggal kisah geologi purba yang terkubur nyaris selama 200 juta tahun.

Advertisement

Masa itu adalah masa ketika kerajaan reptil raksasa masih berkuasa angkuh di muka bumi. Kini, sisa-sisa geologi era Jurassic itu masih jelas terlihat dan sangat indah, bahkan mungkin jauh lebih eksotis dibandingkan dengan saat kelahirannya.

Ketika menyusuri satu per satu sudut kota ini, mata tak bisa lepas dari untaian batu karst yang membujur ratusan kilometer. Batu-batu itu membentuk formasi pegunungan piramida yang mengepung kota tua itu dari berbagai arah mata angin.

Deretan gunung batu itu tampak berwarna kebiru-biruan di ujung cakrawala. Guilin mungkin adalah sedikit tempat di bumi yang memantulkan cahaya keindahan surgawi.

Advertisement

Bayangan tentang tempat-tempat menakjubkan itu sangat sulit terhapus dari ingatan meski sebentar lagi akan memasuki musim dingin kedua ketika penulis berkunjung ke kota itu sekitar November 2011.

“Udara Guilin sejak saya menetap di sini tak pernah berubah, sangat sejuk. Ketika musim dingin tiba, kota ini bahkan jarang turun salju,” kata Yang Hanlong alias Alung, pemandu wisata kami yang pandai berbahasa Indonesia dan Jawa ngoko.

Daratan Guilin tak hanya tersusun oleh barisan bukit kapur berselimut pepohonan yang dihiasi ratusan anak sungai. Di dasar kota ini, tersembunyi istana bawah tanah dari batu kapur alam yang sangat aneh tapi fantastis. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Gua Seruling alias Reed Flute Cave.

Advertisement

Gua tersebut diberi nama demikian karena di sekitar tempat itu dahulunya konon banyak ditumbuhi ilalang. Tumbuhan ini dapat dibuat menjadi alat tiup mainan dan bersuara seperti seruling.

Gua yang baru dijelajahi penduduk lokal sekitar 1.200 tahun lalu tersebut dihiasi oleh ribuan stalaktit dan stalakmit yang merupakan bentuk alam khas daerah karst.

Stalaktit dan stalakmit adalah bebatuan runcing yang terbentuk akibat dari proses pelarutan air di daerah kapur yang berlangsung secara terus-menerus.

Stalaktit adalah batu yang terbentuk di atap gua, bentuknya meruncing ke bawah, sedangkan stalakmit adalah batu yang terbentuk di dasar gua yang bentuknya meruncing ke atas.

Pada setiap dinding gua purba ini tergambar kesan dingin, sepi dan angker. Gua ini, kata Alung, memiliki legenda yang turun-temurun. Ada salah satu sudut dinding gua bercerita tentang pasukan kera yang menjaga seorang putri raja dari serangan naga pengganggu.

Pada sudut lain bagian atas bahkan ada hamparan yang disebut Istana Kristal Raja Naga yang bisa menahan beban lebih dari 1.000 orang. 

Sungai Li Yuw (Yusuf Waluyo Jati/JIBI/Bisnis Indonesia)

Banyolan

Gua yang memiliki panjang lebih dari setengah kilometer ini tak hanya mewartakan legenda menyeramkan tapi juga beberapa banyolan rakyat seperti adanya sebongkah batu yang jika diamati serius menyerupai kelamin laki-laki (lingga) dan yoni ( kelamin perempuan).

Nenek moyang orang Guilin senang berfantasi tentang berbagai bentuk gua ini. “Kalau ada yang mirip naga, ada cerita tentang naga. Kalau ada yang mirip kera, ada mitos tentang kera. Di pintu keluar, ada batu mirip barongsai. Ini dikatakan sebagai tarian perpisahan untuk para pengunjung,” papar Alung.

Sejak beberapa tahun lalu, Gua Seruling dilengkapi dengan sistem pencahayaan buatan untuk menekankan efek visual yang artistik dan estetis agar para turis tidak bosan dan takut. Setelah puas menyelami gua, Alung mengajak rombongan menuju tempat yang tak kalah indah yakni kawasan Shangri-La Yangshuo untuk melihat perbukitan serta sungai-sungai dan pepohon peach di sekitarnya.

Tak jauh dari situ ada perkampungan Xing Ping untuk berperahu sambil menikmati pemandangan sepanjang Sungai Li. Sungai ini dangkal dan airnya sangat bening sehingga bebatuan di dasar sungainya terlihat jelas.

Ketika asyik menikmati pemandangan, sekonyong-konyong dari lambung kapal sebelah kanan datanglah perahu kecil yang terus bergerak merangsek ke arah kami. Kapal itu dikayuh seorang ibu bersama dua ekor itik yang kami kira ingin meminta pertolongan karena sesuatu hal.

Ternyata, dia hanyalah penjual jasa foto para turis yang ingin bergaya bersama kedua itiknya. Dia rupanya telah bekerja sama dengan sang fotografer yang telah berada di dalam kapal sewaan kami.

“Itik itu adalah piaraan petani di daerah sini. Itik-itik itu dapat dilatih menjadi sangat penurut dengan majikannya. Mereka bahkan bisa diajak berburu ikan,” kata pamandu kami.

Menjelang malam, perjalanan dilanjutkan mengunjungi amphitheatre yang letaknya tak jauh dari hotel. Di sana ada pentas seni drama tari dan musik (sendratasik) tentang tradisi rakyat China menyambut datangnya panen. Jika Anda adalah salah satu pengagum keadaan bumi masa lalu, datanglah sesekali ke tempat ini. Guilin menawarkan 1.001 eksotisme abadi.

Advertisement
Kata Kunci : China Guilin Jurrasic Wisata
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif